A.A. Gede Agung Suardana. (BP/Nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Pandemi Covid-19 telah memberi pengaruh signifikan terhadap penderita HIV/AIDS yang bertambah setiap tahunnya di Kabupaten Gianyar. Diketahui ada puluhan warga penderita aktif HIV dan AIDS yang putus obat, dominan dari mereka mengaku takut datang ke rumah sakit karena pandemi Covid-19.

Kondisi ini pun diyakini akan berdampak signifikan terhadap kondisi puluhan warga aktif tersebut. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Gianyar A.A. Gede Agung Suardana mengungkapkan data komulatif hingga Agustus 2020 tercatat 1.727 kasus HIV/AIDS di Kabupaten Gianyar.

Sementara tahun ini terjadi penambahan 77 kasus. Tambahan tahun ini lebih kecil dibandingkan 2019 lalu, yang tercatat penambahan 170 kasus. “Hingga Agustus ini memang terjadi penurunan kasus dibandingkan tahun sebelumnya,” tegasnya.

Baca juga:  547 Kasus Baru HIV/AIDS, Rentang Usia Ini Mendominasi

Pihaknya menduga penurunan ini terjadi karena warga takut datang ke rumah sakit untuk menjalani tes, di tengah pandemi COVID-19. Selain itu juga karena sejumlah pelayanan puskesmas dan rumah sakit yang sempat tutup. “Kemungkinan stigma masyarakat yang tidak berani tes semenjak pandemi, selain itu juga karena pelayanan terganggu akibat Covid, yakni puskesmas sampai ada yang tutup, ” katanya.

Tidak hanya berdampak pada deteksi warga, kondisi ini juga berdampak pada warga aktif HIV/Aids yang putus obat. Diduga mereka juga tidak berani mengambil obat ke rumah sakit semenjak pandemi Covid-19. “Dari 300-an warga yang aktif, ada sekitar 50-an yang putus obat, kebanyak dari mereka mengaku tidak berani datang ke rumah sakit,” katanya.

Baca juga:  Hanya Bertugas 5 Bulan, Pangdam Udayana Mayjen Kurnia Dewantara Diganti

Dijelaskan putus obat ini akan berdampak pada kesehatan warga aktif. Dikatakan bila tidak mengkonsumsi obat virus yang ada dalam tubuh akan kembali aktif. “Putus obat sementara akan membuat imunya berkurang, sel kekebalan tubuh juga menurun, otomatis virus HIV aktif kembali, karena tidak minum obat, otomatis penyakit penyerta mulai muncul, kalau sampai ini drop maka akan berbahaya untuk warga tersebut,” bebernya.

Baca juga:  Kasus HIV/AIDS di Denpasar Cukup Tinggi, Mayoritas Penularan Akibat Heteroseksual

Menyikapi kondisi ini, pihaknya sendiri sudah mencoba menghubungi puluhan warga yang aktif. Namun mereka tetap menolak untuk datang ke rumah sakit dengan alasan pandemi Covid-19 masih berlangsung. “Untuk mengambil obat mereka harus datang langsung ke rumah sakit, karena ini juga terkait dengan pemeriksaan kesehatan,” jelasnya.

Sementara bila petugas mendatangi langsung rumah warga, menurutnya hal itu tidak memungkinkan. Pihaknya pun kini sudha berkordinasi kembali dengan KPA Provinsi Bali. “Ini sedang dalam pembahasan di provinsi, kalau misal kami datangi langsung ke rumah, nanti seperti apa teknisnya,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *