DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali mulai bangkit. Hal ini terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pertumbuhan ekonomi Bali triwulan III 2020 tumbuh positif 1,66 persen (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan kondisi normal sebelum pandemi yaitu kondisi triwulan III 2019, maka pertumbuhan ekonomi Bali triwulan III 2020 mengalami kontraksi lebih dalam yaitu -12,28 persen (yoy). “Karena tidak adil hanya membandingkan antara kondisi pandemi dan tidak, namun juga perlu melihat perbandingan di masa pandemi yaitu ekonomi Bali sudah mengalami peningkatan dari minus ke plus. Capaian ini memberikan gambaran bahwa telah terjadi optimisme, kebangkitan ekonomi Bali secara qtq sudah mulai terlihat,” ujar Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Kadek Muriadi Wirawan, Kamis (5/11).
Muriadi Wirawan menambahkan, pertumbuhan ekonomi Bali secara kumulatif Januari-September 2020 dibandingkan dengan pertumbuhan kumulatif Januari – September 2019 juga mengalami pertumbuhan negatif yaitu -8,27 persen (ctc). “Pertumbuhan positif berarti sudah mulai tidak ada ketakutan mereka dalam berusaha. Sedangkan pertumbuhan minus, artinya ada ketakutan mereka berusaha,” ungkapnya.
Berdasarkan data pola pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya, katanya, puncak pertumbuhan ekonomi Bali terjadi pada triwulan II dan triwulan III. Sebelum Covid-19, pertumbuhan ekonomi Bali berada di kisaran 3 persen.
Namun setelah adanya pandemi, pola ini terpatahkan, di mana terlihat pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 membuat pertumbuhan ekonomi Bali terkontraksi cukup dalam. Menurut Muriadi Wirawan, pergerakan ekonomi di triwulan III cukup memberikan optimisme bahwa perlahan-lahan ekonomi Bali sudah mulai bangkit. Namun belum bisa mengejar pertumbuhan normal seperti sebelum pandemi Covid-19.
Pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan III 2020 dibangun dari 17 lapangan usaha. Namun yang paling besar kontribusinya adalah lapangan usaha akomodasi, makanan dan minuman (akmamin) dengan kontribusi 17,46 persen, kedua adalah pertanian, kehutanan, perikanan dengan sumbangan 15,43 persen, sumbangan konstruksi 10,88 persen.
Muriadi Wirawan menambahkan, tanda bangkitnya ekonomi Bali terlihat dari laju pertumbuhan lapangan usaha akmamin yang telah tumbuh positif sebesar 3,41 persen pada triwulan III 2020 (qtq). Selain itu juga lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh 3,64 persen, jasa pendidikan 3,98, informasi dan komunikasi tumbuh 3,78 persen, industri pengolahan tumbuh 3,40 persen.
Muriadi mengatakan, ke depan yang perlu diperhatikan adalah struktur PDRB dari sisi konsumsi. BPS mengukur dari sisi lapangan usaha atau produksi ada 17 kategori lapangan usaha. ‘’Pembentukan nilai tambah dari sisi produksi itu harus dilihat larinya ke mana, maka kita harus ukur dari sisi pengeluraran,’’ jelasnya.
Dari pertumbuhan 1,66 persen (qtq), komponen-komponen penyusun dari sisi pengeluaran hanya konsumsi pemerintah yang positif. Sementara komponen pengeluaran terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nonprofit, ekspor impor, investasi, konsumsi pemerintah. ‘’Dari sekian komponen ini yang lainnya mengalami pertumbuhan minus, hanya konsumsi pemerintah yang tumbuh positif,’’ imbuhnya. (Citta Maya/balipost)