SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19, membuat kunjungan wisatawan memang menurun. Namun, komponen pelaku pariwisata tetap optimis untuk mengembangkan destinasi pariwisata. Destinasi pariwisata tetap tumbuh, mempersiapkan diri menyongsong kembalinya situasi normal. Justru ketika pandemi, pelaku pariwisata mengaku lebih mudah menata destinasi, karena ada banyak waktu luang, harga-harga murah, lebih mudah mencari tenaga kerja, dan lebih mudah kolaborasi dengan pihak lain. Justru kalau membangun dalam situasi normal, maka harga-harga masih sangat mahal.
Aktivitas penataan destinasi pariwisata kini banyak terjadi di Nusa Penida. Pelaku pariwisata serius mempersiapkan akomodasi pariwisata, destinasi pariwisata yang menawarkan keindahan alam, hingga destinasi kulinernya. Salah satunya ada di Dusun Sebunibus, Desa Sakti. Tebing tinggi di sekitar Bukit Tanjung Akuh ini disulap menjadi tempat untuk menggelar berbagai event pariwisata dari Green Kubu Penida. Fase pertama pembangunannya, pelaku pariwisata setempat berupaya menyelesaikan sejumlah fasilitas. Seperti Penida Gate dan Langit Teater, day club, kafe dan fasilitas lainnya. Dari tempat ini, wisatawan dapat melihat Pulau Ceningan dan Lembongan secara utuh.
Operator Utama Green Kubu Penida, Wayan Yadnya, Minggu (8/11) mengatakan lahan seluas empat hektar di bukit tersebut, kalau nantinya full operation, bisa menampung 150 orang pekerja warga lokal. Uniknya, agar pembangunan fasilitas pariwisata ini tetap berjalan di tengah pandemi, Yadnya mengatakan pihaknya memakai konsep layaknya koperasi. Jadinya, siapapun warga Nusa Penida yang memiliki modal, bisa berinvestasi disana, minimal Rp 1 juta. Sekarang sudah ada 75 orang yang ikut berinvestasi disana. “Paling besar, ada yang sampai Rp 500 juta. Kalau tidak punya uang, ada yang bawa bahan bangunan, demikian pula ada yang dengan bekerja disana sebagai bentuk investasi. Awalnya yang ikut hanya 9 KK, sekarang sudah jadi 75 orang,” katanya.
Ini menjadi cara baru dalam berinvestasi dengan menghimpun investasi dari warga yang masih memiliki tabungan dan tetap bertahan dalam bergerak di bidang pariwisata dengan memberdayakan warga lokal, di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang. “Wisatawan mancanegara memang sepi. Tetapi, wisatawan lokal cukup ramai. Apalagi generasi milenial. Sasaran utama kami, tentu wisatawan lokal ini. Lokal atau domestik adalah raja, terutama segmen milenial,” tegasnya.
Pihaknya juga berinisiatif untuk membantu pemerintah dalam menggerakkan kembali ekonomi di daerah. Agar tetap bisa menyambung hidup orang lain. Bukan hanya sibuk rebutan BLT atau mengkritik kebijakan pemerintah. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Bali belakangan juga sudah terjun bebas menjadi minus 12,28 persen. Meski pandemi COVID-19 belum tahu kapan akan berakhir, pihaknya tetap yakin pariwisata tetap akan tumbuh. Sehingga semua stakholder di Nusa Penida harus benar-benar mempersiapkan diri. “Kami lihat hampir semua destinasi hanya mengandalkan potensi alam saja. Destinasi pendukung lainnya, seperti kuliner, event ini yang jarang ada. Inilah yang sedang kami garap,” tegasnya. (Bagiarta/Balipost)