Dua dari empat anak yatim piatu saat ditemui di rumahnya di Desa Sakti. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kehidupan empat bersaudara yatim piatu asal Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida ini, begitu memprihatinkan. Kedua orangtua mereka telah tiada, disaat mereka sangat membutuhkannya. Beruntung, masih ada beberapa saudaranya yang peduli dan merawat mereka secara terpisah.

Kondisi keluarga ini terungkap saat Tim Bedah Desa Pemkab Klungkung turun ke desa ini, untuk mengatasi sejumlah persoalan, Sabtu (7/11). Tim sempat turun ke rumah kedua orangtua dari empat anak ini, dan berdialog dengan salah satu saudara dari ayah ke empat anak yatim piatu tersebut, Komang Ardiasa. Keempat anak ini, adalah anak dari pasangan suami astri Nyoman Wirasta (45) dan Nyoman Lunatih. Wirasta hingga saat ini Minggu (8/11) jenazahnya tidak ditemukan setelah tenggelam di laut akibat jatuh dari tebing Pantai Gamat empat bulan lalu, Kamis (2/7).

Sedangkan, Lunatih sudah meninggal sejak tahun 2019, setelah sebelumnya mengalami kelumpuhan. Setelah tragedi ini, ke empat anaknya yang telah menjadi yatim piatu terpaksa diasuh terpisah, pihak keluarga memutuskan mereka masing-masing diasuh oleh keluarga yang berbeda dari almarhum, agar bebannya lebih ringan. Ke empat anak ini, antara lain Ni Wayan Nila Lovina (16), I Made Wijaya (13), I Nyoman Intaran (5) dan Ketut Sakti (3).

Baca juga:  Hadapi Pilkada Serentak, Strategi Ini Diterapkan Demokrat

“Anak-anak almarhum telah diasuh secara terpisah. Hal tersebut terpaksa dilakukan agar semua keluarga bisa secara gotong royong mengasuh keempat anak almarhum,” kata Komang Ardiasa.

Komang Ardiasa masih keponakan almarhum. Ia sendiri memilih mengasuh anak nomor dua Made Wijaya. Bahkan, sejak ibunya meninggal dunia tahun 2019. Saat itu, Made Wijaya yang masih SD sesungguhnya ingin tetap tinggal dengan kakak dan adiknya. Namun karena situasi di tengah keluarga seperti itu, dia akhirnya mengerti dan mau diasuh pamannya. Itupun setelah Ardiasa berulang kali membujuknya. Bapak tiga anak tersebut kini telah mengangkat Made Wijaya menjadi anak keempat dan hidup seperti biasa berbaur dengan keluarganya.

Baca juga:  Kunjungan Wisatawan Turun, Tingkat Pemakaian Listrik di Nusa Penida Tetap Tinggi

Made Wijaya sendiri, kini sudah bisa mandiri dan mengikhlaskan kepergian kedua orangtuanya. Ia kini serius menempuh pendidikan di SMPN 2 Nusa Penida, meski jaraknya cukup jauh, yakni 4 km dari tempat tinggalnya di Desa Sakti. Beruntung pamannya masih punya motor untuk mengantar dan menjemputnya ke sekolah. Sebab, tak memungkinkan berjalan kaki, dengan medan naik turun bukit.

Sementara untuk kakak pertamanya, Nila Lovina (16) bersama adiknya paling kecil Ketut Sakti (3) dikatakan telah hidup di Pulau Lembongan Desa Jungutbatu. Mereka diasuh oleh kakak almarhum, Made Wirawan. Sementara I Nyoman Intaran diasuh di rumah mendiang almarhum Wirasta oleh saudara kandungnya, Wayan Widrawan. Ia kebetulan memang tinggal satu pekarangan dengan almarhum.

Baca juga:  Nyepi Pengaruhi Kualitas Udara di Bali, Ini Hasil Observasi BMKG

Mendengar cerita haru keluarga ini, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, terjun langsung ke rumah tempat tinggal Made Wijaya (13) dan Nyoman Intaran (5). Bupati Suwirta memberikan semangat kepada keduanya dan berjanji akan membantu proses pendidikannya. Bupati Suwirta juga sekaligus membawakan bingkisan yang berisikan sembako untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Inilah salah satu tujuan bedah desa. Sehingga persoalannya terungkap, dan kami langsung tangani,” tegasnya.

Bupati Suwirta langsung meminta Kadis Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya untuk memberikan bantuan rutin kepada keempat anak tersebut, untuk menjamin keberlangsungan hidup dan pendidikannya. Pihaknya berharap ke empat anak, tak pernah kehilangan semangat dan cita-cita untuk terus menjadi lebih baik. (Bagiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *