DENPASAR, BALIPOST.com – Rencana membuka penerbangan internasional dari dan ke Bali mulai 1 Desember 2020 santer terdengar beberapa hari terakhir. Bahkan beredar di grup WhatsApp, resume terkait sosialisasi pembukaan penerbangan itu.
Dalam resume yang beredar itu, diputuskan membuka penerbangan International dari dan ke Bali, yang dimulai 1 Desember 2020. Untuk itu, disiapkan sarana dan prasarana pendukung di Bandar Ngurah Rai beserta unit terkait lainnya khususnya hal-hal berkaitan protokol kesehatan.
Menciptakan suasana aman dan nyaman bagi para wisatawan asing yang berkunjung ke Bali, menghilangkan suasana kaku, suasana birokratis serta suasana menegangkan (tidak ada aparat TNI atau Polri) guna menarik dan memunculkan kesan bahwa Bali, adalah tempat yang sejuk, yang menyenangkan dan welcome serta siap menyambut kedatangan wisatawan asing dengan tetap memberlakukan Protokol kesehatan, (jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan). Bahwa COVID-19 adalah penyakit biasa, sama seperti flu, atau demam tidak perlu berlebihan.
Dari resume itu juga terungkap bahwa simulasi mulai dari, kedatangan penumpang, tempat pemeriksaan SWEB/PCR di arrival, berapa lama proses scanning sampai ke tempat penjemputan penumpang, dilakukan Sabtu, 7 November 2020, bersama team KKP Bandara dan Airport Autority (AP 1) serta Otband bersama team Kesehatan Kantor pusat.
Dikonfirmasi soal ini, Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, Senin (9/11), mengatakan rencana tersebut baru berupa kajian antara tim pusat dengan pemerintah daerah. “Itu baru tingkat kajian diantara para pejabat menengah ke bawah, belum menjadi keputusan para pimpinan,” ujarnya usai mengikuti Rapat Paripurna di DPRD Bali, Senin (9/11).
Menurut Dewa Indra, dibukanya penerbangan internasional bagi Bali penting untuk menggerakkan perekonomian. Kalau memang boleh, tentu sudah sejak dulu Pemprov Bali meminta agar Bali dibuka untuk internasional. “Tapi pemerintah pusat kan mengevaluasi tingkat kesiapan kita. Jangan sampai ketika dibuka lalu terjadi eskalasi kasus yang meningkat. Maka yang kita dapatkan bukan manfaat, tapi kerugian,” jelasnya.
Karena itu, lanjut Dewa Indra, maka persiapan terus dimatangkan. Mulai dari persiapan di bandara, hotel, hingga perjalanannya di Bali. Termasuk ada kaitan dengan imigrasi, dan kebijakan pemerintah pusat yang harus berlaku sama dengan kebijakan negara lain.
Sebab, meskipun pemerintah Indonesia membuka, tapi negara lain masih menutup sama dengan tidak ada yang datang. “Ketika negara lain melarang warganya untuk berkunjung ke Indonesia, bagaimana dengan kita. Jadi ada azas resiprokal,” paparnya.
Dewa Indra menambahkan, Tim terpadu dari pemerintah pusat meliputi BNPB, Kementrian Kesehatan, Kementrian Luar Negeri, dan Kemenkumham, semuanya melakukan kajian. Setelah mendapatkan hasil kajian yang komprehensif, baru dibawa ke level pimpinan. Yakni Gubernur di daerah dan Presiden di tingkat pusat. “Pada waktunya, para pimpinan pemerintahan bertemu menyepakati. Jadi yang tadi itu baru kajian-kajian,” terangnya.
Disisi lain, Dewa Indra mengakui, saat ini ada kampanye “Bali Kembali” yang maksudnya kembali pada kondisi sebelum pandemi. “Bali Kembali” terus digencarkan lantaran pandemi telah membuat situasi perekonomian Bali kini terpuruk. “Pengertian kembali itu adalah kembali bisa mengatasi pandemi ini dengan baik. Kalau pandemi tertangani dengan baik, maka perekonomian pasti akan mengikuti,” tandasnya.
Senada dengan Sekda Dewa Indra, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati juga menyebut rencana membuka penerbangan internasional mulai 1 Desember masih dalam pembahasan. Dengan kata lain, memang ada pembicaraan ke arah sana.
“Masih banyak hal yang diperhitungkan. Kita kan tidak cukup hanya kondisi di Bali. Negara asal wisatawan juga kita perhitungkan dengan cermat,” ujarnya. (Rindra Devita/balipost)