Prof. I Wayan Suartana. (BP/Istimewa)

Oleh I Wayan Suartana

Nilai-nilai kepahlawanan berada pada ruang dinamik berkembang seirama dengan perubahan lingkungan. Makna pahlawan pada era sekarang saat dunia cenderung mengalami deglobalisasi, suatu perspektif masing-masing bangsa yang mewacanakan dan melakukan tindakan mengurus dan mengutamakan warganya sendiri untuk menyelamatkan hidup dan penghidupan dari dampak Covid-19.

Isu mengenai deglobalisasi meluncur deras seiring dengan dampak ekonomi pandemi yang semakin bereskalasi sebagai salah satu anteseden pembatasan sosial antarnegara. Isu-isu lokal dan atau domestik menjadi begitu relevan karena pada dasarnya seorang pahlawan juga muncul dan berasal dari lokal. Sebut saja pergerakan kemerdekaan Indonesia dimulai dari gerakan lokal untuk mengusir penjajah. Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai, misalnya, adalah penggerak lokal masyarakat Bali yang mempertahankan Indonesia melawan penjajahan.

Dulu pejuang-pejuang memanggul senjata untuk mengusir penjajahan, bermobilisasi, mengorbankan jiwa raga untuk Indonesia merdeka maka tibalah sekarang anak-anak bangsa berjuang dalam konteks tantangan dan cobaan baru mempertahankan hidup dan penghidupan menghadapi ketidakpastian global saat ini. Anak-anak bangsa harus bersatu solid dan tidak kehilangan solidaritas. Nilai-nilai kepahlawanan tercermin juga dari tenaga kesehatan yang berjibaku menghadapi virus berbahaya ini, pemimpin-pemimpin kita siang dan malam tanpa mengenal lelah merumuskan berbagai formula kebijakan mengurangi dampak lanjutan dan rakyat di bawah tanpa banyak mengeluh bekerja untuk bisa bertahan.

Baca juga:  Kopi, Potensi PAD di Luar Pariwisata

Pahlawan bangsa tidak hanya membawa mimpi dengan visi membahana meretas angkasa tetapi tahu diri dengan tetap menginjak kaki di bumi. Optimis tetapi tetap realistis. Memahami tentang apa yang dibutuhkan domestik saat ini. Nah, di sinilah deglobalisasi menjadi menarik bila kita kaitkan dengan kepahlawanan. Nilai-nilai kepahlawanan yang fokus pada perspekif lokal menjadi begitu penting dan strategis. Penguatan masyarakat lokal dan ekonomi domestik dengan segala potensinya menjadi agenda untuk beberapa tahun ke depan, baik pada tataran kebijakan, regulasi maupun kebiasaan-kebiasaan baru yang melekat.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang memahami sejarah dengan tidak pernah meninggalkan sejarah, terlebih sejarah bangsanya sendiri, karena sejarah memberi kita pelajaran untuk melangkah lebih lanjut berbuat sejarah baru lagi legasi generasi berikutnya. Kepahlawanan hadir karena semangat bekerja tulus, mencintai pekerjaan dan mengikuti apa yang diyakininya secara bertanggung jawab. Sosok kepahlawanan memang tak lepas dari figur, ketokohan dan popularitas, namun sesungguhnya banyak pahlawan ada di sekitar kita. Nilai-nilai kepahlawanan pada era ketidakpastian ini bersifat fungsional yaitu menjalankan kewajiban masing-masing secara profesional dan berintegritas. Pahlawan yang tidak hanya dilihat dari sisi bentuk luarnya saja tetapi juga menyangkut nilai-nilai. Pandemi memberi pelajaran tentang nilai-nilai kesemangatan, saling menguatkan, gotong royong, menerima keadaan tanpa harus berpasrah diri dan berjuang dalam kapasitasnya.

Baca juga:  Guru, Teknologi dan Moralitas

Kita diberi pelajaran untuk menghadapi risiko, sehingga kesiapan dini diperlukan baik secara ekonomi maupun keselamatan jiwa. Upaya mitigasi yang dilakukan seyogianya berbasis data, pengetahuan dan kearifan lokal. Karena itu, kepahlawanan memiliki logika, rasa dan empati. Bila semuanya bisa berjalan meski dengan standar minimal maka daya tahan kita akan tetap kuat. Pahlawan era kini memiliki modal sosial karakter gotong royong yang tidak pernah hilang.

Kesuksesan kita untuk bertahan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor termasuk memenuhi akuntabilitas perjuangan diri sebagai sebuah konsekuensi logis. Tindakan berkarakter yang konsisten akan merawat kepercayaan antarsesama warga bangsa, suatu spirit yang dibutuhkan pada situasi sulit saat ini. Karakter berkaitan dengan kapasitas tak terlihat.  Katakanlah bahwa karakter dan kompetensinya ada, orang tersebut bisa dimuliakan dan bisa dapat dipercaya untuk memimpin sebuah perjuangan pada suatu ekosistem tertentu. Pendidikan dan pembelajaran karakter secara alamiah melengkapi apa yang diberikan dalam pendidikan peningkatan kompetensi dan profesionalismenya. Kalau orang itu dipercaya maka pekerjaan dalam segala aspek kehidupan bisa efisien dan efektif.

Baca juga:  Adaptasi Hidup Bersama Covid-19

Efisien karena karakternya dan efektif karena kompetensinya. Banyak pendapat mengenai profesionalisme tidak hanya menyangkut bagaimana orang itu berlaku secara fisik lewat sentuhan inovasinya, tetapi juga kemampuan  melakukan interaksi dalam mengembangkan hubungan sosialnya. Sumber kepercayaan berbasis multidimensi dapat mempunyai dampak besar terhadap kesuksesan dan menciptakan suatu situasi yang secara signifikan memengaruhi validitas pengambilan keputusan. Efektif dan efisien sangat dekat dengan hikmah pandemi saat ini. Mentalitas kuat juga bisa tercermin dari anggapan bukan korban, bisa mengendalikan diri dan bisa bertahan dengan penuh perjuangan.

Penulis, Guru Besar FEB Unud

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *