DENPASAR, BALIPOST.com – Bali tidak bisa hanya fokus mengandalkan sektor pariwisata untuk menggeliatkan perekonomian. Sebab, pengalaman sudah membuktikan bahwa pariwisata sangat rentan dengan berbagai isu.
Mulai dari isu keamanan, hingga wabah seperti sekarang dengan adanya Covid-19. “Kita sudah berpengalaman kena MERS, SARS, bom Bali, sekarang Covid-19, sangat rentan. Kalau kita tetap berdiri di situ saja, ke depan tidak menguntungkan bagi Bali ini,” ujar Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama, Kamis (12/11).
Menurut Adi Wiryatama, pariwisata mesti disinergikan dengan sektor lain seperti pertanian. Mengingat, Bali terlebih dulu telah dikenal sebagai daerah agraris. Kedua sektor ini diyakini akan saling menunjang satu sama lain. Sebagai contoh, hasil-hasil pertanian dapat diserap oleh hotel dan restoran.
Sejalan dengan itu, industri kreatif juga dapat dikembangkan. “Industri kerajinan rakyat dan sebagainya, ini mesti kita kembangkan. Intinya, kita tidak boleh berdiri di satu sisi saja. Kita harus berdiri pada sektor-sektor lain yang bisa menopang sektor pariwisata itu sendiri,” papar politisi PDI-P asal Tabanan ini.
Namun, lanjut Wiryatama, perlu dicatat bahwa industri di Bali tidak sama dengan industri di daerah lain. Ada ciri khas lokal yang membedakan.
Itu sebabnya, Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster kini tengah gencar menggaungkan branding Bali. Yakni dengan menonjolkan keunggulan yang dimiliki masing-masing kabupaten/kota. “Sehingga kalau ada tamu yang mencari, karena branding-nya sudah kita tahu dengan keunggulan masing-masing, kita gampang mencarinya,” jelasnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta mengatakan, Bali akan lebih banyak mendorong pertumbuhan industri kecil berbasis kerakyatan. Mulai dari industri rumah tangga, industri kelompok, industri dalam satu kawasan atau sentra-sentra industri, industri menengah dan industri besar dalam satu kawasan.
Ke depan diharapkan ada keseimbangan antara pariwisata, industri kerajinan rakyat dan pertanian. Kendati, pariwisata pun sesungguhnya adalah industri.
Namun berkaitan dengan industri, yang akan dikembangkan adalah industri manufaktur atau pengolahan. Yakni dengan konsep membangun industri berbasis kerakyatan dari hulu sampai hilir yang kompetitif dan ber-branding Bali serta terintegrasi dan berkesinambungan.
Selama ini sebetulnya sudah berjalan, tapi akan lebih diperkuat dengan terbitnya Perda Nomor 8 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) Bali Tahun 2020-2040. “Kan sudah jelas dibagi-bagi, di wilayah ini industri unggulannya apa. Misalnya di Jembrana nanti industri unggulan kita kakao. Kemudian di Gianyar misalnya daging, di Bangli kopi. Ini kita petakan dalam sebuah kawasan industri,” paparnya. (Rindra Devita/balipost)