BANGLI, BALIPOST.com – Pemerintah Kabupaten Bangli selama ini tidak menyediakan anggaran rutin untuk perawatan monument perjuangan. Meskipun diketahui banyak monumen perjuangan yang kondisinya rusak dan tak terawat.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bangli I Wayan Karmawan Jumat (13/11) mengatakan ada banyak monumen perjuangan di kabupaten Bangli. Keberadaannya tersebar di sejumlah titik. Diantaranya, di Desa Pengotan, Peninjoan, Mengani, Suter, Bangbang, Tamanbali, Dausa, Manikliyu, Pengejaran dan sejumlah desa lainnya.
Monumen perjuangan dulunya dibuat untuk memperingati jejak-jejak perjalanan para pejuang kemerdekaan. Dari sekian banyak monumen perjuangan yang ada, diakui Karmawan tidak semuanya kondisinya bagus.
Sebagian rusak tidak terawat dan memprihatinkan. Pihaknya selama ini tidak menyediakan anggaran rutin untuk perbaikan maupun perawatan monumen perjuangan.
Sebab untuk melakukan hal itu, status asetnya harus jelas. Jika monumen itu milik desa, Pemkab baru bisa merencanakan perbaikan atau perawatan kalau sudah dihibahkan atau diberikan hak guna pakai.
Dikatakan Karmawan, rata-rata monumen perjuangan berdiri di lahan pribadi dan desa. Sementara pembangunannya ada yang dilakukan pemerintah kabupaten dan ada juga oleh desa.
Dia mencontohkan seperti monumen perjuangan yang ada di Desa Catur. Pembangunannya dulu dilakukan oleh desa di lahan desa.
Sedangkan yang di Desa Pengejaran, monumen yang ada dibangun pemerintah daerah di tanah desa. Agar bisa melakukan perbaikan maupun perawatan terhadap monument yang ada, pihaknya mengaku akan berupaya melakukan koordinasi dengan bidang aset termasuk koordinasi ke desa-desa.
“Kami akan memastikan ke desa statusnya bagaimana. Kami juga sampaikan permasalahan itu ke desa. Kalau desa ada keinginan seperti yang saya sampaikan tadi, kami akan konsultasikan dan koordinasikan dengan bidang aset, bagaimana langkah berikutnya,” jelas Karmawan.
Mantan Kalak BPBD Bangli itu menambahkan monument perjuangan perlu dirawat dan dipelihara. Sehingga kedepan generasa muda paham dan tahu bukti tentang sejarah perjuangan. “Kalau dibiarkan terus nanti bisa jadi tinggal cerita,” ujarnya.
Selain melakukan perawatan, pihaknya juga punya rencana untuk melakukan penelusuran tonggak sejarah perjuangan yang ada di Desa Sukawana, Kintamani. (Dayu Swasrina/balipost)