Prof. Ratminingsih. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Kaum wanita seluruh dunia patut berbangga karena seorang wanita menunjukkan capaiannya sampai pada titik puncak, sebagai pemimpin besar yakni wakil presiden di negara adikuasa Amerika Serikat. Yang menjadi fenomenal adalah wanita yang satu ini bukanlah berlatar belakang keluarga penduduk asli warga negeri Paman Sam, tetapi keluarga imigran yang  terlahir di Amerika Serikat.

Ibu Kemala Harris, wanita yang memiliki keturunan Asia Selatan yakni ibu yang berasal dari India, menjadi wanita terhebat pertama memimpin AS yang akan mendampingi Presiden Joe Biden dalam masa empat tahun kepemimpinan ke depan.

Kemala Harris telah membuktikan kepada dunia bahwa wanita bukanlah makhluk lemah yang hanya mampu mengerjakan hal-hal yang terkait dengan logistik di rumah tangga dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang identik untuk wanita. Kemala Harris membuktikan bahwa wanita mampu sejajar dengan pria dalam memimpin sebuah negara. Amerika Serikat memberikan contoh nyata konsep kepemimpinan egalitarian, bahwa siapa pun mungkin dan bisa memimpin sebuah negara tanpa memandang gender (laki-laki atau perempuan), ras, agama, dan latar belakang keluarga, serta asal-usul lainnya.

Dalam pidato perdananya Kemala Harris dengan tegas menyuarakan siapa pun tanpa memandang gender bisa menjadi pemimpin dan meski dia adalah wanita pertama yang akan memimpin Amerika Serikat, tetapi ini bukanlah yang terakhir. Pernyataan ini mengajak para generasi muda khususnya wanita untuk selalu bermimpi besar dan bercita-cita besar bahwa siapa pun mungkin dan bisa menjadi pemimpin bila kita mampu membuktikan diri kita patut dipilih.

Baca juga:  Makna Perayaan Rahina Tumpek Wayang

Menjadi pemimpin memang tidak mudah, karena memimpin itu mengatur dan mengorganisasikan berbagai kepentingan dari berbagai unsur masyarakat. Memimpin itu mengakomodasi semua aspirasi dari berbagai pihak. Memimpin juga mengandung makna kemampuan menggerakkan dan memengaruhi masyarakat untuk membawa negara menjadi lebih baik sesuai dengan visi dan misinya.  Memimpin juga mengindikasikan memberikan contoh dan teladan. Yang diperlukan seorang pemimpin bukan hanya pengetahuan tentang kepemimpinan dan bagaimana memimpin. Namun jauh lebih penting adalah karakter kuat seorang pemimpin yang bisa diteladani oleh mereka yang dipimpinnya. Memimpin bukan sekadar wacana, tetapi yang lebih dibutuhkan adalah kinerja dan kerja keras untuk mencapai tujuan, yakni mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat yang dipimpinnya.

Kepemimpinan yang dibutuhkan pada masa ini adalah kepemimpinan yang bukan hanya egaliterian, tetapi juga kepemimpinan yang cakap (agile leadership). Kepemimpinan yang cakap adalah kepemimpinan yang bukan hanya berbasis pengetahuan (knowledge-based) tetapi juga kepemimpinan yang mampu menginspirasi melalui tindakan-tindakan nyata yang berkarakter. Pengetahuan dibutuhkan agar mampu berpikir solutif dalam memecahkan berbagai masalah di masyarakat. Karakter yang kuat dibutuhkan untuk memberikan keteladanan yang dapat menginspirasi masyarakat yang dipimpinnya untuk melakukan tindakan-tindakan nyata. Karakter kepemimpinan yang ditegaskan oleh Kemala Harris dalam pidatonya adalah loyalitas, kejujuran, kesiapan, dan kerja bagus dan kerja keras (good work and hard work).

Baca juga:  Membedah Integritas Hukum

Loyalitas artinya kesetiaan, bukan hanya kepada atasan, tetapi yang terpenting kepada rakyat yang dipimpinnya. Kesetiaan mengandung makna setia pada janji. Apa yang menjadi janji dalam kampanye, tentu harus berusaha dicapai demi kemaslahatan. Kejujuran menjadi fondasi yang kuat seorang pemimpin yang berkarakter. Jujur mengandung makna apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang diperbuat. Jadi seorang pemimpin harus bersinergi antara perkataan dan perbuatan. Bila tidak mampu melakukan itu, maka tak ubahnya pemimpin adalah seorang pembohong.

Kesiapan bermakna bahwa menjadi pemimpin harus siap, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik artinya pemimpin harus sehat jasmani agar mampu mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Pekerjaan memimpin membutuhkan kesiapan fisik yang tangguh, karena kerja keras membutuhkan kesehatan fisik, sedangkan secara mental artinya seorang pemimpin harus memiliki intelektualitas dan kemampuan kognitif yang memadai atau kecerdasan yang mumpuni dalam memimpin yang multidimensi dan multisektor.

Yang paling ditekankan adalah kerja bagus dan kerja keras. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang pemimpin tidak hanya pandai berorasi, memerintah dan menginstruksikan, namun yang lebih penting adalah pemimpin yang mampu berkinerja untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan rakyatnya. Pemimpin hendaknya bekerja maksimal sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, memberi contoh nyata di lapangan apa dan bagaimana beliau bekerja untuk mecapai visi dan misi.

Baca juga:  Platform Merdeka Mengajar

Kepemimpinan yang cakap juga mengindikasikan kepemimpinan yang menggunakan hati (leading by heart). Artinya bahwa seorang pemimpin tidak hanya mampu menggunakan nalar dan rasionalisasi, namun juga sangat perlu menggunakan hati. Yang dimaksudkan di sini adalah sensitivitas memimpin yang perlu menggunakan rasa, rasa peduli dan cinta terhadap masyarakat yang dipimpin.

Memiliki latar belakang pengetahuan yang hebat saja tidaklah cukup, wanita yang memang identik dengan penggunakan rasa (feeling) memiliki kekuatan dalam menggunakan rasa ini sebagai pelengkap pengetahuan. Penggunaan rasa yang dilengkapi nalar pengetahuan tentu akan membuat pemimpin menjadi lebih kuat dalam memimpin dengan hati. Ini bukan berarti bahwa pemimpin pria tidak punya rasa atau hati.

Pada masa tatanan kehidupan baru di era pandemi Covid-19, tentu seorang pemimpin yang cakap harus memiliki strategi-strategi yang jitu untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, terutama bagaimana menyelamatkan umat manusia di muka bumi dan bagaimana mengembalikan kondisi ekonomi agar masyarakat bisa hidup berpenghasilan kembali dan hidup sejahtera. Sebagai penulis wanita, saya bangga menjadi wanita dan saya mengucapkan selamat kepada Kemala Harris dan semua wanita hebat di dunia.

Penulis, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *