Seorang bersepeda melewati Times Square di New York yang sepi pada Jumat (10/4/2020). (BP/AFP)

NEW YORK, BALIPOST.com – Kematian akibat virus corona (COVID-19) di AS melewati seperempat juta orang pada Rabu (18/11) waktu setempat. Bersamaan dengan itu, dikutip dari AFP, New York mengumumkan akan menutup kembali sekolah untuk memerangi peningkatan infeksi.

Amerika sekarang telah mencatat 250.426 korban jiwa, menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins. Sejauh ini jumlah kematian nasional tertinggi yang dilaporkan di dunia.

Negara bagian dan kota-kota AS memberlakukan serangkaian pembatasan baru, termasuk diam di rumah, penutupan restoran dalam ruangan, dan batas pertemuan ketika kasus-kasus melonjak di seluruh negeri. Lebih dari dari 157.950 infeksi baru dilaporkan selama 24 jam terakhir pada Rabu.

Walikota New York Bill de Blasio mengatakan 1.800 sekolah umum di kota itu akan kembali ke pembelajaran jarak jauh mulai Kamis (19/11) setelah Big Apple mencatat tingkat positif rata-rata tujuh hari sebesar tiga persen.

Baca juga:  Dari Gempabumi Guncang Bali hingga Wakapolda Roycke Kunjungi Banjar Ini

“Kita harus melawan gelombang kedua Covid-19,” katanya.

Langkah-langkah yang diperkuat di kota terpadat di Amerika itu dilakukan, meskipun perusahaan raksasa farmasi Pfizer meningkatkan harapan kemungkinan diakhirinya pandemi dengan mengumumkan hasil yang lebih baik untuk vaksinnya.

Sementara itu, Eropa tetap menjadi wilayah yang paling terpukul. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 46 persen kasus global baru dan 49 persen kematian pekan lalu berasal dari benua itu.

Data tersebut juga menunjukkan satu-satunya wilayah di mana kasus dan kematian menurun minggu lalu adalah Asia Tenggara.

Di seluruh dunia, lebih dari 1,3 juta orang telah meninggal karena Covid-19 dan lebih dari 55 juta telah dilaporkan terinfeksi virus sejak pertama kali muncul di China akhir tahun lalu, menurut penghitungan dari sumber resmi yang dikumpulkan oleh AFP.

Baca juga:  2,5 Bulan di Zona Kuning COVID-19, Pekan Ini Bali Alami Tren Kenaikan Kasus

Di Swiss, salah satu negara yang paling parah terkena dampaknya di Eropa, Swiss Society for Intensive Care Medicine (SSMI) memperingatkan bahwa unit perawatan intensif “hampir semuanya penuh”. Lebih banyak tempat tidur telah ditambahkan, dan militer Swiss telah dipanggil untuk mendukung upaya di beberapa daerah.

Pembatasan Ketat

Banyak negara Eropa yang menerapkan pembatasan ketat pada kehidupan sehari-hari sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus. Seorang juru bicara pemerintah Prancis mengatakan pihak berwenang tidak mungkin mencabut penguncian sebagian dalam waktu dekat.

Sementara itu, pemerintah Portugal sedang mempersiapkan untuk memperpanjang kebijakan pembatasan untuk dua minggu lagi.

Di Hongaria, keadaan darurat yang memungkinkan tindakan penguncian parsial kini diperpanjang hingga Februari.

Baca juga:  Vaksin COVID-19 Kembali Tiba di Bali, Khusus untuk Ini

Di Berlin, polisi menembakkan meriam air untuk membubarkan ribuan pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang pembatasan yang diperketat. Para pengunjuk rasa, yang menyamakan pembatasan dengan aturan era Nazi, menanggapi dengan meneriakkan “Malu! Malu!”

Protes itu terjadi sehari setelah bentrokan dengan polisi pada demonstrasi serupa di ibu kota Slovakia, Bratislava, yang dihadiri oleh ribuan pendukung sayap kanan.

Terlepas dari dampak virus, upaya untuk mengatasi pandemi diperkirakan akan dikesampingkan pada KTT Uni Eropa pada Kamis ini karena perselisihan yang berasal dari oposisi Hongaria dan Polandia terhadap pengawasan Brussel atas aturan hukum.

Di Rusia, Presiden Vladimir Putin menyuarakan kewaspadaan atas meningkatnya tingkat kematian di negaranya. Tetapi tidak menerapkan langkah-langkah ketat yang diberlakukan di banyak negara Eropa. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *