DENPASAR, BALIPOST.com – Puluhan pedanda dari sejumlah kabupaten di Bali menyaksikan prosesi pelebon Ida Pedanda Istri Jelantik Karang dari Griya Anyar Budha, Panjer, Denpasar, Kamis (19/11). Mulai dari pagi hari, berbagai ritual pelebonan dilaksanakan di Griya Anyar Budha.
Sekitar pukul 12.30 WITA, layon Ida Pedanda Istri pun diusung menuju Setra Desa Adat Panjer. Menurut anak tertua almarhum, Ida Bagus Dharmadiaksa ada sekitar 25 pedanda yang hadir untuk menyaksikan prosesi pelebonan.
Pedanda tersebut dari berbagai kabupaten yang ada di Bali. Ritual pelebonan Ida Pedanda Istri dipuput oleh Nabenya. “Yang muput prosesi pelebonan ini adalah Ida Palungguh Nabe dari Griya Karang, Budhakeling, Karangasem,” terang Ida Bagus Dharmadiaksa.
Ditambahkannya, bahwa pelebonan ini merupakan pelebonan ngelanus. Dalam ritual kali ini pelebonan langsung dirangkaikan dengan upacara memukur.
Dengan digelarnya itu, rangkaian upacara setelah pelebonan biasa sampai ke upacara memukur yang panjang dapat diselesaikan sekaligus. “Untuk upakara ini, pelebon ngelanus. Jadi pelebon ini sudah termasuk memukur. Sehingga sudah dinyatakan selesai,” tuturnya.
Almarhum Ida Pedanda Istri Jelantik Karang meninggal pada usia 89 tahun, di rumah sakit karena sempat jatuh dan faktor usia. Beliau meninggalkan 4 orang putra, 3 orang putri, 13 orang cucu, dan 3 orang cicit.
Semasa walaka, Ida Pedanda Istri bernama Ida Ayu Putu Surayin dan sempat mendirikan sekolah untuk Tuna Netra, lengkap dengan asramanya pada 1957. Sekolah tersebut menjadi cikal bakal pendirian sekolah luar biasa lainnya di Bali.
Selain itu, segudang penghargaan diraih almarhum, baik tingkat Bali, nasional, bahkan internasional. Tidak hanya itu, almarhum juga banyak menulis buku tentang upakara Hindu, masakan, puisi dan lainnnya. Di masyarakat, Ida Pedanda Istri sering memberikan penyuluhan tentang adat. (Eka Adhiyasa/balipost)