Sejumlah kru maskapai penerbangan berjalan di terminal kedatangan Washington Dulles International Airport (IAD) pada 19 November 2020. (BP/AFP)

LOS ANGELES, BALIPOST.com – Pihak berwenang di Amerika Serikat pada Kamis (19/11) waktu setempat meminta warganya untuk tidak bepergian saat libur Thanksgiving seiring masih tingginya tambahan harian kasus COVID-19 di negara itu. Dikutip dari AFP, California yang terdampak paling parah oleh pandemi ini, mengumumkan jam malam untuk mencegah meluasnya penyebaran pandemi.

Amerika mengalami lonjakan hingga 200 ribu infeksi baru dan 2.239 kematian, angka kematian tertinggi sejak Mei lalu, dalam 24 jam terakhir, menurut perhitungan yang dilakukan Universitas Johns Hopkins.

Senjata ampuh untuk melaawan virus ini diperkirakan segera datang, karena BioNTech dan Pfizer berencana untuk mendaftarkan emergency use authorisation (EUA) vaksin mereka di AS pada Jumat (20/11).

Baca juga:  Mulai 11 Januari, Jawa-Bali Lakukan Pembatasan Aktivitas Publik

Peningkatan kasus dalam beberapa hari terakhir telah membuat pihak berwenang waspada sehingga mereka meminta agar warga AS berdiam di rumah saja pada liburan Thanksgiving pekan depan. Libur tahunan ini normalnya diiringi dengan jutaan orang melakukan perjalanan untuk bisa merayakannya bersama keluarga.

“Ini bukan keharusan, namun rekomendasi kuat,” kata dokter dari Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit AS, Henry Walke.

Thanksgiving merupakan liburan yang tersibuk dari sisi perjalanan, karena umumnya jatuh pada Kamis dan banyak orang Amerika yang mengambil libur pada Jumat untuk bisa memperoleh libur akhir pekan yang panjang.

Baca juga:  COVID-19, Bencana Paling Mematikan Sejak PD II di Italia Tunjukkan Tanda Melambat

Meskipun ada peringatan itu, Presiden terpilih, Joe Biden tidak memberlakukan penguncian wilayah kembali seperti yang dilakukan sejumlah negara-negara di Eropa karena meningkatnya jumlah kasus setelah musim panas.

“Tidak ada situasi yang membuat saya memberlakukan penguncian wilayah secara nasional. Saya pikir hal itu akan kontraproduktif,” kata Biden yang akan dilantik pada 20 Januari.

Sejumlah negara bagian dan kota di AS memberlakukan pembatasannya masing-masing, termasuk penguncian di rumah, penutupan sejumlah restoran, dan membatasi jumlah orang yang berkumpul, di tengah meningkatnya jumlah kasus.

Baca juga:  COVID-19 Diduga Menyebar 2 Bulan Sebelum Ditemukan di Wuhan

Bahkan, New York memutuskan menutup kembali sekolah yang berimplikasi pada 1,1 juta siswa, namun tetap memberikan tempat fitness dan bar buka. Kondisi ini bertolak belakang dengan yang diterapkan di sejumlah kota-kota besar di Eropa yang tetap membiarkan sekolah buka.

California akan memberlakukan jam malam dari pukul 10.00 malam hingga 5.00 pagi mulai Sabtu mendatang, kata Gubernur Gavin Newsom. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *