TABANAN, BALIPOST.com – Areal Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana, sejak Jumat (20/11) tampak ramai dengan peziarah yang merupakan keluarga besar dari para pahlawan. Ditengah suasana keramaian tersebut, yang tampak sangat ironi yakni kondisi tembok bagian utara TPB Margarana yang jebol, bahkan panjangnya sekitar 10 meter. Hamparan sawah pun terlihat jelas dari dalam areal.
Terkait kondisi tembok jebol tersebut, Ketua Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) Bali, I Gusti Ngurah Gede Yudana mengatakan sudah mengusulkan sejak tahun 2018 kepada pemerintah Propinsi Bali. Bahkan dari usulan tersebut sudah ditanggapi dan direspon, dimana rencananya di tahun 2020 sudah mulai dikerjakan.
Sayangnya, Covid-19 mewabah, sehingga anggaran lebih banyak bergeser untuk penanganan maksimal wabah Covid-19. “Terpaksa ditunda lantaran anggaran difokuskan untuk penanganan Covid, mudah-mudahan di tahun 2021 dilanjutkan,” ucapnya.
Dan terkait perawatan areal, meski saat ini sepi dari berbagai akitivitas kegiatan yang kerap meramaikan suasana areal TPB Margarana akibat Covid, namun tiap harinya pemeliharaan dan perawatan di lokasi sejarah ini tetap dilakukan oleh 20 karyawan berstatus tenaga kontrak dari Biro Kesra Pemerintah Propinsi Bali dan 1 orang dari Dinas Sosial Propinsi Bali. Mereka menyebar melakukan kegiatan seperti pemotongan rumput dan membersihkan lumut mulai dari pukul 08.00 wita sampai dengan pukul 16.00 wita.
Gusti Ngurah Gede Yudana yang merupakan putra dari I Gusti Ngurah Rai menambahkan, di salah satu tempat yang menyimpan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia ini rencananya akan ditata untuk bisa menjadi kawasan wisata pahlawan. Mengingat dilokasi tersebut terdapat 1.372 nisan para pahlawan yang gugur di medan perang. “Kita coba tata dan lengkapi diorama terkait dengan pertempuran Puputan Margarana, tahun ini masih tahap perencanaan, mudah-mudahan terealisasi tahun depan, karena membutuhkan anggaran cukup besar,” ucapnya.
Begitupun untuk kawasan museum juga akan dilengkapi lagi dengan visual perjalanan pertempuran Puputan Margarana. “Jadi mulai dari pembentukan resimen sunda kecil di Munduk Malang, pendaratan Gusti Ngurah Rai dari Jawa ke Yeh Kuning dan Long March ke gunung agung,” terangnya.
Dengan keberadaan kawasan pariwisata pahlawan, kedepan nilai nilai perjuangan para pahlawan akan dapat terus diceritakan pada generasi muda. (Puspawati/Balipost)