Seniman Bali bermain gamelan selonding. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 tak menyurutkan seniman berkarya. Aktivitas berkesenian tak pernah redup, kendati pandemi sedang melanda.

Ruang apresiasi seni pun diadakan agar bara api seni terus menyala. Antusias para seniman untuk berbagi seni tetap tinggi.

Agar ruang apresiasi tetap terjaga pada masa pandemi, pameran danatau pagelaran virtual pun digelar. Ruang apresiasi virtual seperti ini memungkinkan dilakukan di masa pandemi untuk menghindari kerumunan, agar mata rantai penyebaran Covid-19 bisa diputus.

Kendati pun harus menggelar pameran seni secara offline, protokol kesehatan (prokes) mesti tetap dilakukan, dengan tiga M—memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Awal pandemi, para perupa Tabanan, Bali yang tergabung dalam Maha Rupa Batukaru sempat pameran virtual selama sebulan. Demikian juga seniman dari seluruh Nusantara berpameran virtual di galeri FB Indonesian Art Community in America (IACA) sejak beberapa pekan lalu.

Jumlah pesertanya seratusan. Pengelola dan pendiri IACA, Yuno D. Baswir, belum lama in menyampaikan, pihaknya secara khusus mengundang para anggota IACA untuk berbagi karya dengan mengajukan sekitar 12 hingga 14 buah karya pada masa pandemi ini.

Baca juga:  Dibanding Sehari Sebelumnya, Nasional Catat Kenaikan Kasus COVID-19 Hampir Dua Kali Lipat

Tetapi anggota tidak bisa langsung memajang karya di halaman IACA. Pihaknya mesti menyetujui dulu postingan mereka. Karya-karya seniman dipilih, lalu dibuatkan album dan ditambahi dengan foto seniman dan biodata singkat.

Dengan demikian “pameran tunggal” setiap seniman, tampil menarik. Dengan berbagi seperti ini para seniman bisa saling mengenal dan menyemangati, sehingga berenergi dan terinspirasi untuk terus berkarya dan menginspirasi orang lain pula. Terlebih di masa sulit pandemi COVID-19 ini.

Tak itu saja, pada masa pandemi ini, Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan menggelar Festival Seni Bali Jani (FSBJ) II tahun 2020, untuk menjaga elan kreatif para seniman. FSBJ II yang dibuka Gubernur Bali Wayan Koster di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (31/10) malam, mendapat apresiasi tinggi dari pelaku dan penikmat seni.

Gelaran seni ini bertujuan memajukan seni modern, kontemporer dan karya inovatif. Melalui festival ini Pemprov Bali berupaya mendukung seniman muda dan kalangan milenial agar mendapat ruang berkarya, meski tengah menghadapi pandemi Covid-19.

Festival kali ini mengusung tajuk utama ‘’Candika Jiwa: Puitika Atma Kerthi’’ yang bermakna semesta kreativitas terkini dalam ‘’mencandikan’’ jiwa, spirit, taksu, atau ide-ide cemerlang, menjadi ruang aktualisasi segala nilai luhur dan keindahan seni dan budaya Bali, dengan mengusung konsep eksplorasi, eksperimentasi, lintas-batas, kontekstual dan kolaborasi. FSBJ II digelar selama seminggu, 31 Oktober-7 November 2020 dengan berbagai kegiatan seni meliputi pawimba (lomba), adilango (pagelaran), megarupa (pameran), timbang rasa (sarasehan), beranda pustaka (bursa buku), dan penghargaan Bali Jani Nugraha.

Baca juga:  Objek Wisata Tutup Sementara, Pukulan Berat bagi Pelaku Pariwisata Badung

Perkuat Daya Tahan Bangsa

Ada pernyataan menarik disampaikan Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Hilmar Farid dalam acara timbang rasa atau sarasehan serangkaian FSBJ II 2020, Minggu (1/11). Ia menyampaikan, panggung virtual hadir bukan ajang mempertontonkan kemewahan di tengah masa pandemi.

Justru ajang ini membantu kegiatan artistik kebudayaan melalui laku kebudayaan, guna memperkuat daya tahan bangsa. Dirjen Hilmar menyambut baik kegiatan FSBJ II sebagai wahana pentas seni modern di Bali.

Dikatakan, situasi pandemi jelas berdampak pada perilaku masyarakat. Hadirnya ajang kebudayaan secara virtual, justru menjadi bagian untuk membangun kembali potensi kesadaran masyarakat terutama di kalangan seniman untuk tetap solid berkarya.

Kadisbud Bali Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana, menyampaikan, pada masa pandemi ini, seni virtual dihadirkan sekaligus jawaban bahwa insan seni bisa hidup dan menghasilkan karya. Festival Seni Bali Jani sebagai art virtual, dengan capaian-capaian yang dihasilkan, membuktikan kemampuan memaknai seni virtual adalah jawaban sekaligus capaian yang sudah dikreasikan oleh para seniman.

Baca juga:  Buleleng Tutup RTH dan Fasum

Menghasilkan Karya Baru

Pada masa pandemi covid-19 ini, para perupa Bali berupaya tetap berkarya dengan capaian-capaian karya baru. Nyoman Sujana Kenyem, salah satunya. Baginya, pandemi tak menjadi kendala berarti dalam berkarya, terlebih ia lebih banyak berkarya di studio.

Tentu dalam berkarya, ia juga menerapkan protokol kesehatan dengan harapan rantai penyebaran covid-19 bisa terputus. Ia juga berharap pandemi segera berlalu, sehingga even-even seni rupa seperti pameran lukisan bisa kembali dilaksanakan seperti pada masa-masa sebelum pandemi.

Dikatakan, selama ini para perupa tetap membuka ruang apresiasi dengan menggelar pameran virtual atau online yang konsepnya sama dengan pameran offline. Bedanya cuma karya seni tidak bisa dilihat secara langsung seperti pameran offline. Tetapi itulah tantangan yang mesti dijawab di masa pandemi ini, sehingga perupa tetap bisa survival. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *