Hamparan tanaman cabai di Karangasem. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Petani cabai di Banjar Batusesa, Desa Menanga, Rendang, Karangasem lebih memilih membiarkan buah cabai membusuk di pohon. Hal itu menyusul sedikitnya permintaaan atau rendahnya daya beli akibat pandemi COVID-19.

Salah seorang petani di Subak Tubuh Batusesa, Ketut ‘Kebek’ Maryana, mengaku sengaja membiarkan buah cabai yang sebenarnya siap petik itu membusuk di pohonnya. Dia menjelaskan, bukan karena cabai diserang penyakit, melainkan belum terjual karena permintaan sedikit di pasaran. “Sudah menurun penjualannya karena COVID-19,” ucapnya.

Baca juga:  Puluhan Bencana Terjang Karangasem, Kerugian Diperkirakan Capai Setengah Miliar Lebih

Menurut Ketut Maryana, ia mampu mengumpulkan 400 kg cabai merah besar di satu petak lahan selama tiga hari petik. Luas lahan yang ditanami cabai mencapai 25 are.

Sebagian ditanami cabai rawit, sebagian lagi cabai merah besar. “Cabai saya jual ke Klungkung dan sekitarnya,” katanya.

Dia menjelaskan, selain penjualan yang turun drastis, harga cabai di pasaran saat ini juga anjlok. Karena sebelumnya harga cabai sempat jual Rp 15-18 ribu per kilogram.

Baca juga:  Wujudkan Ekosistem Pertanian Berkelanjutan, Bupati Panen Padi Organik di Denplot BPP Mendoyo

Tapi, saat ini kisaran Rp 5 ribu per kilogram. “Saya harap keuangan masyarakat cepat pulih. Dan harga cabai kembali membaik,” harapnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *