NEGARA, BALIPOST.com – Sejak sepekan terakhir, hasil tangkapan nelayan di Jembrana cukup melimpah. Tangkapan ikan Layur di perairan Selat Bali cukup banyak dengan harga yang cukup lumayan. Namun berkaca dari pengalaman di setiap tangkapan melimpah, fluktuasi harga sering dikeluhkan nelayan. Apalagi ketika harga jauh turun dari harapan nelayan.
Sejumlah nelayan tradisional (pancing) mengaku cukup merasakan hasil dari tangkapan saat ini. “Lumayan hasilnya, tapi kami harapkan harganya tetap seperti ini. Jangan turun hingga tidak bisa menutup operasional, ” ujar Wayan Astika, salah seorang nelayan jukung.
Dalam sekali tangkap, di saat seperti ini satu jukung dapat membawa hasil hingga lebih dari tiga kotak. Dengan harga jual rata-rata Rp 43 ribu per kilogram cukup membayar hasil tangkap mereka.
Ketua Komisi II DPRD Jembrana, I Ketut Suastika, Rabu (25/11) mengatakan kendala anjloknya harga merupakan persoalan yang sering terjadi dan hukum pasar. Tetapi pemerintah berupaya untuk meminimalisir salah satunya penyediaan cool storage hingga menentukan harga dasar lelang di TPI.
Namun diakui, bagi nelayan yang tidak menjual di TPI ini sering “dimainkan” cukong. Para cukong ini juga berperan sebagai pemodal. Namun ketika hasil tangkapan dihargai jauh lebih rendah. Karena itu, nelayan didorong untuk membentuk korporasi melalui kelompok-kelompok yang nantinya diakomodir untuk penjualan hasil mengikuti harga dasar. “Yang sering terkendala itu di nelayan berjalan sendiri-sendiri menjual. Karena itu kami dorong agar tergabung dalam kelompok, ” katanya.
Pemerintah sangat konsen membantu nelayan melalui kelompok baik itu untuk sarana, maupun bantuan lain yang dapat membantu nelayan. Cold storage juga salah satu solusi untuk menjaga harga bisa tetap stabil di tingkat nelayan dan menerapkan standar harga. (Surya Dharma/Balipost)