Beberapa jenis batu Pulaki Bali yang dipamerkan di Pesraman Dalem Gedong Ratih, Mambal, Badung, Sabtu (28/11). (BP/eka)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Batu Pulaki Bali sudah lama dikenal. Akan tetapi keberadaannya di pasaran tergolong sangat sedikit.

Hal itu dikarenakan untuk mendapatkan batu tersebut cukup sulit. Fisik Batu Pulaki Bali terlihat biasa saja, namun aura spiritual yang terkandung didalamnya luar biasa.

Itulah, Ketua Yayasan Dalem Gedong Ratih, I Ketut Dharma Kresna Wijaya, yang membedakan Batu Pulaki Bali dengan batu permata lainnya. Wijaya disela-sela pameran Batu Pulaki Bali di Pesraman Dalem Gedong Ratih, Mambal, Badung, Sabtu (28/11), mengutarakan Batu Pulaki Bali memiliki banyak jenis.

Baca juga:  Puluhan Triliun Rupiah Dikucurkan ke Bali, Ini Kunci Sukses UMKM Berkembang

Seperti ada yang mengandung badar emas, badar besi, dan yang paling istimewa adalah Kresna Dana. Kresna Dana atau yang biasa disebut greend epidot ini telah tergolong sebagai batu permata. Batu jenis ini diperkirakan hanya ada di Bali.

Urat Batu Pulaki Bali berbeda dengan batu lainnya. Ada banyak cerita penduduk sekitar terkait batu Pulaki, seperti cerita batu Pulaki yang diyakini dapat membantu menjaga kesehatan tubuh, memberikan kekebalan, kewibawaan, dan lainnya. “Dari dulu batu permata Pulaki Bali itu sudah terkenal. Cuman belum banyak yang mengekspos secara detail jenisnya, kandungannya,” terang Wijaya.

Baca juga:  Sempat Kosong, Dandim Bandung Sudah Ada Penjabatnya 

Menurutnya, batu permata tertentu memiliki kaitan dengan setiap kelahiran seseorang. Itu ia ketahui setelah membaca sebuah primbon mengenai batu permata.

Batu permata yang sesuai dengan kelahiran seseorang diyakini akan dapat menutupi kekurangan yang dibawa orang tersebut sejak lahir. “Setiap kelahiran ada kekurangan, ada batu permata yang menutup kekurangan kelahiran, dengan keyakinan timbul sugesti,” paparnya.

Selain itu, di Bali penggunaan batu permata telah menjadi salah satu budaya. Dari dulu hingga sekarang, banyak dijumpai krama Bali yang kerap mengenakan batu permata ketika bersembahyang di pura. Di samping itu, para sulinggih saat muput karya (melangsungkan prosesi ritual) juga kerap terlihat mengenakan batu permata.

Baca juga:  Deteksi Dini, Sinergi Polri-TNI Diperkuat

Dilihat dari hal itu, dimungkinkan bahwa melalui perantara batu permata yang diyakini memiliki aura alam akan dapat membantu proses spiritual. Untuk kedepannya, Ketua Yayasan Dalem Gedong Ratih ini berharap Batu Pulaki Bali mampu bersaing dengan batu permata lainnya di nasional bahkan internasional. Serta menjadi salah satu maskot Bali. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *