DENPASAR, BALIPOST.com – Bali sempat menawarkan diri menjadi tuan rumah PON XX (bidding) bersama provinsi lainnya, seperti Aceh, Kalsel, Sulsel dan Papua. Alhasil, Bumi Cendrawasih berhasil memenangkan bidding, dan resmi menjadi tuan rumah PON XX, yang rencananya digelar pada 2020 tetapi diundur menjadi 2021.
Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi, di Denpasar, Minggu (29/11) menerangkan, pihaknya merasa mendapatkan berkah, pasca batal menjadi tuan rumah PON 2020. Pasalnya, di saat pandemi Covid-19 ini seluruh anggaran pemerintah tersedot ke penanggulangan wabah virus corona. “Kami seakan mendapatkan hikmah yang besar, setelah batal menjadi tuan rumah hajatan multievent empat tahunan antarprovinsi se-Indonesia,” ungkap Suwandi.
Ia pun tak bisa membayangkan, seandainya Bali resmi menjadi tuan rumah PON. Alasannya, tiap tahun pemerintah harus mengajukan anggaran untuk perbaikan maupun penyediaan tempat pertandingan (venue). “Jadi, tiap tahun anggaran pemprov tuan rumah harus menyisihkan dana untuk menyiapkan venue maupun renovasi tempat pertandingan,” ucap Suwandi.
Apalagi, kata dia, pada 2020 ini anggaran banyak dialokasikan untuk menanggulangi wabah virus corona. Diakuinya, untuk menjadi tuan rumah PON tidaklah mudah, dan harus menyiapkan dana triliunan rupiah. “Saya kira di saat situasi perekonomian terpuruk, sangat berat untuk menyisihkan dana anggaran menjadi tuan rumah PON,” tegasnya.
Pada bagian lain, Sekum KONI Bali IGN. Oka Darmawan menambahkan, untuk menjadi tuan rumah PON, selain menyiapkan anggaran guna membangun fasilitas dan sarana olahraga, tuan rumah juga dibebani biaya akomodasi, konsumsi, berikut transportasi lokal. “Paling tidak kami harus menyiapkan Rp 1,8 triliun,” tutur Oka Darmawan.
Pasca gagal menjadi tuan rumah, Bali sendiri kembali mengajukan bidding untuk tuan rumah PON XXI. Bali mengajukan diri bersama NTB untuk menjadi tuan rumah. Akan tetapi, hasil bidding di Jakarta pada April 2018 yang menjadi tuan rumah yakni Sumut bersama Aceh. (Daniel Fajry/Balipost)