Tedros Adhanom Ghebreyesus. (BP/AFP)

JENEWA, BALIPOST.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyuarakan kekhawatirannya pada Senin (30/11) waktu setempat, terkait peningkatan kasus COVID-19 di dua negara. Dikutip dari AFP, kedua negara itu adalah Brazil dan Mexico.

WHO mendesak kedua negara itu untuk melakukan tindakan sangat serius dalam memutus penyebaran virus itu. Kedua negara telah melihat peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat COVID-19 ini dalam beberapa minggu terakhir seiring gelombang kedua pandemi COVID-19.

“Saya pikir Brazil harus lebih serius,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Ia menyebut situasi saat ini tersebut sangat sangat mengkhawatirkan. Ia pun menyuarakan kekhawatiran yang sama untuk Mexico, dengan menyebut negara itu dalam kondisi yang buruk. “Jumlah kasus meningkat dua kali lipat dan jumlah kematian juga meningkat dua kali lipat. Kami ingin meminta agar Mexico lebih serius,” katanya.

Baca juga:  Inovasi Pelayanan Publik, Pemkab Klungkung Studi ke Bandung

Brazil merupakan salah satu negara yang terdampak paling parah karena pandemi ini, dengan jumlah korban jiwa mencapai 172 ribu orang, nomor dua terbanyak di seluruh dunia, setelah Amerika Serikat.

Setelah mengalami peningkatan kematian mencapai lebih dari 1.000 orang per hari dari Juni ke Agustus, rata-rata dalam tujuh hari, jumlah itu telah mengalami penurunan di negara yang berpenduduk 212 juta orang tersebut.

Namun, Tedros menunjukkan bahwa meski pada minggu pertama di November tercatat kematian sebanyak 2.538 orang, jumlah kematian pada minggu lalu mencapai 3.876 orang. Sebuah peningkatan yang cukup tinggi.

Baca juga:  Segini, Jumlah Nakes Lansia Diprioritaskan Vaksinasi COVID-19

Jumlah kasus juga telah meningkat dua kali lipat dalam periode yang sama. Brazil pada minggu lalu saja mengalami penambahan kasus sebanyak 218.000 orang.

Presiden Jair Bolsonaro yang meremehkan pandemi ini menyebut gelombang kedua ini sebagai gosip. Pemimpin berusia 65 tahun ini yang pernah terkena COVID-19 itu menyebutkan bahwa implikasi bagi perekonomian karena lockdown lebih parah dari virus itu sendiri. Ia juga mengatakan tidak akan menggunakan vaksin jika sudah tersedia.

Baca juga:  IGTKI Bali Salurkan Bantuan Kepada Guru TK se-Bali

Sementara itu, Mexico mengalami kematian akibat COVID-19 sebanyak 100 ribu orang hingga 20 November. Sejak itu, terjadi penambahan sekitar 5.000 kematian. Pada saat akhir pekan, untuk pertama kalinya, jumlah kematiannya mencapai lebih dari 12 ribu kasus dalam sehari. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *