Tangkapan layar peta zonasi kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) 3M di masyarakat ternyata menunjukkan penurunan. Kondisi ini terpantau di Aplikasi Monitoring Perubahan Perilaku seperti diungkapkan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan pers yang disiarkan langsung kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (3/12) dipantau dari Denpasar.

Diungkapkan Wiku, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, masih belum memuaskan. Berdasarkan dari data Satuan Tugas, pemantauan kedisiplinan protokol kesehatan yang dilakukan sejak 18 November 2020, grafiknya sempat mengalami fluktuasi di sekitar Minggu ke-4 November.

“Sangat disayangkan, bahwa trennya terus memperlihatkan penurunan terkait kepatuhan individu dalam memakai masker, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Hal ini bertepatan dengan periode libur panjang tanggal 28 Oktober – 1 November 2029,” ujarnya.

Baca juga:  BRI Berhasil Salurkan KUR Rp66,99 triliun dalam 3 Bulan

Tren penurunan tersebut terpantau terus berlanjut pada 27 November 2020. Persentase kepatuhan untuk memakai masker ialah 58,32%. Sedangkan untuk menjaga jarak persentasenya ialah 43,46%.

Dari data tersebut, dapat disimpulkan, bahwa liburan panjang merupakan momentum pemicu utama penurunan kepatuhan disiplin protokol kesehatan. Lalu, dari peta zonasi kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak, dari data 512 kabupaten/kota yang masuk, hanya kurang dari 9% kabupaten/kota yang patuh dalam memakai masker. Dan yang lebih memperihatinkan, kurang dari 4% kabupaten/kota yang patuh dalam menjaga jarak.

Ia mengutarakan bila masyarakat semakin lengah dalam menjalankan protokol kesehatan seperti yang ditunjukkan dalam tiga periode libur panjang, peningkatan penularan akan terjadi. Dan apabila dilakukan testing dan tracing, kasus positif akan meningkat. “Jika terus seperti ini, maka sebanyak apapun fasilitas kesehatan yang tersedia tidak aakn mampu menampung lonjakan yang terjadi,” ujarnya.

Baca juga:  Kelumpuhan Seorang Guru di Sukabumi, Disebut Tak Terkait Vaksinasi

Wiku juga mengulang kembali hal yang pernah disampaikannya beberapa bulan yang lalu, dari hasil studi Yilmazkuday tahun 2020, untuk menurunkan angka kasus positif dan kematian, maka minimal 75% populasi harus patuh menggunakan masker. Namun nyatanya, persentase kepatuhan menjaga jarak hanya mampu mencapai 59,20%, bahkan 42,53%.

Ia menekankan dampaknya pada penambahan jumlah kasus terkonfirmasi positif. Bahkan dalam beberapa hari belakangan mencetak rekor-rekor baru dalam hal peningkatan kasus. “Sayangnya, penambahan kasus positif harian terus meningkat bahkan per hari ini menembus lebih dari 8000 kasus. Ini adalah angka yang sangat besar!” Wiku menegaskan.

Baca juga:  Dilantik Jadi Dirjen Bimas Hindu, Prof Duija akan Bangun Hindu Nusantara Tanpa Diskriminasi

Penambahan angka kasus yang cukup besar ini harus diperhatikan karena menandakan bahwa laju penularan Covid-19 masih terus meningkat. Masyarakat harus sadar akan dampak dari kelalaian terhadap protokol kesehatan. Target disiplin protokol kesehatan tidak akan menjadi sulit jika masyarakat sadar bahwa Indonesia masih dalam pandemi.

“Mohon masyarakat segera sadar, langkah kecilnya untuk mencuci tangan secara teratur, dengan memakai masker yang benar, bahkan upaya kecil untuk berusaha menjaga jarak satu sama lain sangat berdampak bagi kehidupan banyak umat manusia,” pesan Wiku. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *