Gubernur Bali, Wayan Koster (tengah) dalam sosialisasi Gerakan Satu Juta Yowana Satu Juta Krama Bali di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jumat (4/12). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Implementasi visi daerah “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” tetap berjalan sekalipun kini dalam situasi pandemi Covid-19. Hal tersebut tidak lepas dari dukungan krama dan yowana di seluruh Pulau Dewata.

Terlebih, program-program prioritas yang ada dalam visi tersebut memang telah menjadi harapan masyarakat Bali selama ini. “Mari kita dukung program Bali kedepan ini yang luar biasa akan menuju Bali era baru, bahkan tidak menuju lagi. Kita sudah masuk di era Bali yang maju,” ujar Manggala Agung Pasikian Pacalang Bali I Made Mudra.

Menurut Mudra, pacalang selama ini telah ikut mendukung kebijakan pemerintah. Pada masa pandemi Covid-19 ini misalnya, pacalang ikut terlibat dalam upaya memutus mata rantai penyebaran wabah.

Khusus bagi para pacalang di Klungkung, pihaknya juga menekankan agar ikut berperan dalam menjaga dan mengamankan rencana pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan Bali di Gunaksa.

Baca juga:  Desa Adat Berangbang Komitmen Jaga dan Lestarikan Lingkungan

Manggala Yowana Bali Ida Dewa Agung Lesmana mengatakan, yowana berperan aktif dalam penguatan adat, seni, budaya, dan tradisi, serta ekonomi, pendidikan, olahraga dan bidang lainnya. Secara empirik, yowana merupakan pemegang tongkat estafet.

“Artinya, kita yang menentukan kedepan bagaimana Bali ini. Apakah Bali ini bisa sama seperti sekarang, bangkit, ajeg Bali, atau Bali ini hanya tinggal kenangan,” ujarnya.

Menurut Dewa Lesmana, para yowana di era globalisasi dan revolusi Industri 4.0 memiliki tantangan yang tidak mudah. Tapi harus diingat, bahwa penting untuk menjaga “akar” Bali yakni adat, budaya, seni dan tradisi. Seperti yang dicanangkan pemerintah lewat filosofi Tri Hita Karana dan kearifan lokal sad kerthi dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

“Apabila kita tidak mendukung itu, tidak menjalankan itu, kedepan kita akan menjadi generasi yang bersalah, tidak bisa mengajegkan Bali,” jelasnya.

Baca juga:  Desa Adat Yehembang Unggulkan Sektor Pertanian 

Manggala Utama Pasikian Paiketan Krama Istri Ni Putu Putri Suastini Koster mengatakan, pihaknya juga siap mendukung visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Sebab, visi tersebut mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk newujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sakala-niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno: Berdaulat secara Politik, Berdikari Secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945.

“Bali era baru yaitu suatu era yang ditandai dengan tatanan kehidupan baru; Bali yang Kawista, Bali kang tata-titi tentram kerta raharja, gemah ripah lohjinawi,” ujarnya.

Baca juga:  Soal Pajak Spa, Menparekraf Sebut Bisa Direvisi

Bandesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet mengatakan, Nangun Sat Kerthi Loka Bali sejatinya tidak hanya membangun Bali. Tapi sekaligus membangun Indonesia.

“Kita membangun dari Bali untuk Indonesia juga. Jadi jangan pernah diartikan kalau kita membangun Bali untuk Bali saja,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Ida Pangelingsir, seluruh masyarakat Bali harus mendukung dan menggerakkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Sebab, tujuan akhir dari visi ini tidak lain untuk mensejahterakan masyarakat Pulau Dewata. Tidak salah bila kemudian Perda tentang Desa Adat di Bali kini menjadi rujukan provinsi lain di Indonesia. Itu artinya, ada hal positif dan gebrakan luar biasa yang dilihat dari salah satu implementasi visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali tersebut. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *