I Made Sarjana, S.P., M.Sc. (BP/Istimewa)

Oleh I Made Sarjana, S.P., M.Sc.

Regenerasi kekuasaan politik segera bergulir. Rabu, 9 Desember 2020 ini enam kabupaten di Provinsi Bali menyelenggarakan pemungutan suara pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung. Di antara enam kabupaten, perhelatan Pilkada Bangli menarik dicermati. Pemilihan Bupati (Pilbup) Bangli menjadi miniatur pertarungan pemilihan gubernur (pilgub) Bali.

Banyak kalangan membaca pertarungan memperebutkan kursi Bupati Bangli antara kekuatan figur (ketokohan) dan kekuatan partai pemenang pemilu legislatif 2019 yakni PDI Perjuangan. Pilbup Bangli memiliki rasa Pilgub Bali karena peta kekuatan pemilih yang identik.

Jika dalam Pilgub Bali sebagian besar rakyat pemilik suara bermukim di Bali Utara (Kabupaten Buleleng). Hal ini mencuatkan opini bahwa calon gubernur asal Buleleng peluang memenangi pilgub lebih besar.

Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kabupaten Bangli di mana sekitar 42% suara pemilih diperebutkan di Kecamatan Kintamani (wilayah bagian utara Kabupaten Bangli). Jika calon bupati mendapatkan suara tinggi di Kecamatan Kintamani menjadi modal dasar meraih kemenangan di Pilbup Bangli.

Faktanya, dua kali pilbup langsung Bupati Bangli I Made Gianyar terpilih untuk memimpin Bumi Bukti Mukti Bakti.
Kandidat pengganti Bupati Made Gianyar diketahui publik masih bertalian erat dengan figur pendahulunya.

Baca juga:  Pancasila dan Multikulturalisme Milenial

Cabup nomor urut 1 I Made Subrata adalah adik kandung Bupati Made Gianyar dan Cabup nomor urut 2 Sang Nyoman Sedana Arta saat ini wakil bupati yang mendampinginya selama sepuluh tahun berkuasa di Bangli dari 2010–2020. Jika kemenangan I Made Gianyar pada dua kali Pilbup Bangli sebagai ‘’simbol’’ kemenangan figur asal Kintamani dan partai pemenang pemilu (PDI-P).

Pada Pilbup Bangli 2020, keterikatan figur dan partai mulai goyah, sehingga banyak pihak menilai bahwa hasil pilbup di masa pandemi ini menjadi bukti kesetiaan masyarakat Bangli kepada figur atau partai?

Berdasarkan observasi lapangan kepada calon pemilih Pilbup Bangli 2020, persepsi calon pemilih juga menguatkan prediksi di atas. Sebagian pemilih dengan mantap menyatakan akan mendukung calon No. 1 karena pesona personal sang calon yakni kedekatan secara teritorial (sama-sama berasal dari Kintamani) dan emosional atau perasaan sama-sama lahir dari kalangan masyarakat bawah (petani). Sementara pemilih cabup Sang Nyoman Sedana Arta karena kedekatan ideologis yakni berasal dari satu partai.

Baca juga:  Yang Hancur dan Hilang, Gelombang Gelap Perubahan Iklim

Pemilih meyakini keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bangli dalam dua dasawarsa berlalu karena kebijakan PDI-P selaku partai berkuasa yang saat ini dipimpin Cabup Sedana Arta. Pemilih yang berafilisiasi kepada partai menyatakan tidak ada alasan memilih Bupati Bangli dari luar kader PDI-P.

Jika dicermati dari latar belakang gaya kepemimpinan terindikasi ada perbedaan mencolok antarkedua cabup Bangli 2020. Cabup Made Subrata yang membangun kapasitas kepemimpinan dari seorang kepala dusun, dan Kepala Desa Bunutin, Kintamani. Pengalaman lapangan dan manajemen tradisional menjadi karakternya.

I Made Subrata juga melakukan pendekatan sosial budaya dalam memperkenalkan diri kepada calon pemilih. Seperti duduk bersama bermain musik dan menabuh.

Sementara itu, Cabup Sedana Arta yang kapasitas kepemimpinannya terbentuk karena keterlibatannya pada organisasi modern (partai). Ketika ditanya mau dibawa ke mana Bangli jika dia terpilih jadi bupati maka jawabannya sangat argumentatif yang kaya dengan data statistik.

Dari metode dan materi kampanye, dua figur cabup Bangli 2020 sangat bertolak belakang. Cabup I Made Subrata tidak menggunakan media sosial untuk mempromosikan diri secara langsung. Kalaupun namanya muncul dan akrab di media sosial seperti facebook, pihak lain yang menceritakan siapa I Made Subrata dan mengapa dia hadir dalam pertarungan Pilbup Bangli.

Baca juga:  Kapolda Cek Ini di Polres Bangli

Sementara itu, Cabup Sedana Arta aktif membagikan aktivitasnya di tengah-tengah masyarakat melalui media sosial. Pengguna media sosial dapat secara langsung berkomunikasi atau adu gagasan dengan yang bersangkutan.

Dari materi kampanye, Cabup I Made Subrata tidak terlalu banyak mengobral janji di luar visi dan misi yang disetor ke KPU Bangli. Sementara Cabup Sedana Arta sangat gencar melontarkan janji-janji dan sebagian janjinya terkesan terlalu percaya diri dan sedikit di luar konteks.

Sebut saja janji penyediaan internet gratis bagi desa adat, beasiswa sampai ke luar negeri, atau pengangkatan PTT/GTT menjadi PPPK nasional.

Mencermati dinamika masa kampanye Pilpub Bangli 2020, ada kekhawatiran mengingat salah satu calon enggan berjanji, sementara calon lainnya sarat janji. Calon pemilih pun menduga jangan-jangan sang calon pemimpin sama-sama kurang memahami potensi wilayahnya?

Jika demikian adanya, sebaiknya memilih figur atau partai? Jawabnya terserah rakyat Bangli pada 9 Desember nanti.

Penulis Sosiolog, tinggal di Desa Mengani, Bangli

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *