DENPASAR, BALIPOST.com – Sebagai daerah yang memiliki kekhasan budaya, adat dan agama, Bali mesti dibangun berdasarkan fondasi tersebut. Meskipun sumber ekonomi masyarakat Bali dominan di sektor pariwisata, namun pembangunan di bidang adat, agama, seni budaya mesti jadi prioritas.
Apalagi, hal ini sejalan dengan visi Gubernur Bali yakni ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’. Demikian disampaikan Wakil Rektor I sekaligus Dekan Fakultas Hukum Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar Prof. Dr. I Putu Gelgel, S.H., M.Hum., Sabtu (5/12).
Prof. Gelgel mengatakan, pembangunan di bidang adat, agama dan budaya sangat relevan dengan jiwa masyarakat Bali. Terlebih, kekayaan Bali ada pada tiga bidang tersebut. Apabila pembangunan Bali tidak concern pada adat, agama dan budaya dipastikan lambat laun eksistensinya akan terancam gerusan zaman seperti saat ini. ‘’Saya rasa ide membangun Bali dengan fokus di bidang adat, agama dan budaya sangat penting untuk menjaga taksu Bali ke depannya,’’ tegasnya.
Selain itu, program pembangunan agama, adat dan seni budaya sudah sejalan dengan visi pembangunan yang dicanangkan Gubernur Bali yaitu ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana’’ dan sejalan dengan program pemajuan kebudayaan pemerintah pusat. ‘’Jadi para calon kepala daerah mesti memasukkan agenda pembangunan agama, adat, dan seni budaya tersebut pada visi, misi dan program yang diusung. Apalagi 9 Desember ini akan berlangsung pilkada serentak di beberapa daerah di Bali,’’ tandas mantan Direktur Program Pascasarjana Unhi ini.
Prof. Gelgel menambahkan, agama, adat, dan budaya dalam masyarakat Bali terintegrasi satu sama lain. Adat dan budaya Bali dijiwai oleh agama Hindu. Keberadaan hukum adat Bali dan agama Hindu merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisahkan lagi. Demikian pula kehidupan masyarakat Hindu di Bali, tidak dapat dilepaskan dari desa adat dan hukum adatnya. Terlebih pembangunan kepariwisataan di Bali adalah suatu keniscayaan yang secara langsung maupun tidak langsung akan bersentuhan dengan adat, agama Hindu, dan seni budaya.
Oleh karenanya, pembangunan kepariwisataan jangan sampai mengorbankan atau menghancurkan adat dan budaya Bali. Tradisi adat dan budaya Bali harus tetap ajeg lestari. ‘’Ini masukan sekaligus catatan kepada para calon kepala daerah. Masyarakat Bali juga mesti mengawalnya. Karena tugas kita memperkuat adat, agama dan budaya di Bali,’’ bebernya.
Prof. Gelgel mencontohkan daerah Bali bagian timur, yaitu Karangasem yang kuat nuansa adat, agama dan budayanya. Apalagi, Karangasem terdapat banyak Pura Kahyangan Jagat (Pura Besakih, Pura Lempuyang, Pura Andakasa, Pura Silayukti). Di sana juga banyak desa tradisional yang cukup tua.
Tak hanya itu, Karangasem juga pusat aktivitas nyastra di Bali. Maka dari itu, pembangunan di Bali dan Karangasem khususnya, jangan sampai keluar dari pakem adat, agama dan budaya. Jika fokus pembangunan di luar itu maka eksistensinya akan terancam di tengah kemajuan teknologi dan gempuran media sosial saat ini yang menggeser pola pikir masyarakat.
Prof. Gelgel juga mengimbau agar pilkada berlangsung aman dan sesuai penerapan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Jangan sampai ada intimidasi, politik uang, dan cara-cara yang tidak demokratis. Apalagi Bali saat ini sangat terpukul oleh pandemi Covid-19. Maka dari itu, diharapkan agar semua pihak menyalurkan aspirasi dan hak pilihnya dengan baik dan demokratis. (Winatha/balipost)