DENPASAR, BALIPOST.com – Pada masa pandemi COVID-19, para seniman tetap produktif berkarya. Demikin juga pencinta seni berupaya menjaga ekosistem seni dengan membantu memamerkan karya para seniman.
Ini penting agar atmosfir berkesenian tetap terpelihara pada masa pandemi. Tentu protokol kesehatan (prokes) tetap diperhatikan agar mata rantai penyebaran COVID-19 segera bisa diputus.
Pengamat dan pecinta senirupa, Nicolaus F. Kuswanto mengatakan, pameran senirupa di masa pandemi memang lebih banyak dilakukan secara virtual atau online. Tetapi, pada era new normal ini, pihaknya berupaya melakukan pameran offline.
Galeri Zen1 di bilangan Tuban, Kuta Selatan, menggelar pameran senirupa secara offline, Sabtu (12/12) depan. Pameran tunggal bertajuk ‘’Mirror Symphony, Trought the Eyes of Wolf’’ tersebut menampilkan karya-karya Wolfgang Widmoser, perupa asal Muncen, Jerman yang tinggal di Ubud, Bali.
‘’Ajang seni ini diadakan untuk lebih menggairahkan apresiasi senirupa di masa pandemi. Pameran offline ini tentu menerapkan protokol kesehatan secara ketat, menyesuaikan masa new normal. Dengan demikian secara bertahap para pelaku seni, mulai bisa mengapresiasi konektivitas situasi baru ini dengan kreatifitas yang harus terus bergulir. Pengunjung pameran ini dibatasi dengan pemberlakuan standar protokol kesehatan. Termasuk saat pengunjung memasuki ruangan pameran,’’ ujar Nicolaus F. Kuswanto.
Perupa Yuni D. Baswir mengatakan hal senada. Para seniman di masa pandemi ini melakukan berbagai upaya untuk tetap memamerkan karya-karya mereka, baik berupa pameran virtual maupun pameran di galeri dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 yang ketat.
Misalnya, pameran lukisan di Studio Gallery Washington DC, bisa dikunjungi langsung oleh pencinta seni dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dengan ketat.
Pendiri Indonesian Art Community in America (IACA) ini mengatakan, para seniman sesungguhnya memiliki jiwa juang yang sangat kuat.
Berbagai usaha dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan pada masa sulit ini. Mereka pun bisa melakukan hal itu. Jadi, seniman tetap mampu menjaga bara api berkesenian di masa pandemi. (Subrata/balipost)