TABANAN, BALIPOST.com – Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Tabanan kembali merilis satu pasien terkonfirmasi COVID-19 meninggal, Minggu (13/12). Total akumulasi pasien positif COVID-19 meninggal sampai saat ini sebanyak 54 orang, dari 1.646 kasus positif.
Selain itu dilaporkan pula tambahan kasus baru dan jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh seimbang. Yakni sebanyak 13 orang.
Dari data Koordinator Bidang Informasi Publik yang disampaikan I Putu Dian Setiawan, untuk pasien meninggal kali ini adalah laki-laki berusia 52 tahun asal desa Penebel, Tabanan. Pasien bersangkutan mulai masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan pada tanggal 2 Desember 2020 di UPTD RS Nyitdah, Kediri , dan pada tanggal 11 Desember 2020, pasien dirujuk ke RSUD Tabanan.
Namun Tuhan berkata lain, pasien dinyatakan meninggal pada 12 Desember 2020. “Pasien ini memiliki penyakit bawaan atau komorbid jantung coroner (CAD) yang memperburuk kondisi bersangkutan selama menjalani perawatan,” terangnya.
Sementara untuk tambahan kasus baru, lanjut kata Dian Setiawan yang juga Kepala Diskominfo kabupaten Tabanan ini ada sebanyak 13 orang. Dan dari data yang dihimpun, lebih banyak dari hasil kontak erat dengan pasien positif sebelumnya.
Mereka kini sudah di isolasi di Hotel P sebanyak 7 orang, RSUD Tabanan sebanyak 3 orang, RSU Wisma Prashanti sebanyak 1 orang, Isolasi Mandiri sebanyak 2 orang. “Tambahan positif ada 13 orang, begitu juga pasien yang sudah sembuh juga sebanyak 13 pasien,” ucapnya.
Lanjut dikatakan, saat ini pemerintah daerah kabupaten Tabanan melalui Satgas Penanganan Covid gencar menerapkan jurus 3T (Testing, Tracing dan Treatment) untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Misalnya saja untuk testing, sudah dibuat kebijakan untuk pemeriksaan rapid massif dan dilanjutkan dengan pemeriksaan swab. “Untuk testing ini sudah dilakukan secara massif seperti di jajaran Polri dan ASN,” jelasnya.
Kemudian untuk tracing, Dian menyampaikan sudah dilakukan secara serius oleh Satgas Kesehatan. Dimana untuk tracing ini ada struktur tersendiri untuk melakukan pelacakan.
Dan, untuk treatment, adalah bagaimana maksimal memanfaatkan hotel untuk isolasi terintegrasi, serta menggunakan tidak hanya obat-obatan melainkan juga vitamin, dan lain sebagainya. Dampaknya memang ditemukan banyak kasus di awal, dan tanpa gejala. Ini yang cepat ditindaklanjuti agar bisa memutus penyebaran virus Covid19,” terangnya,
Menurutnya, penerapan praktik 3T tentunya sama pentingnya dengan penerapan perilaku 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Kedua hal tersebut untuk memutus mata rantai penularan COVID-19.
Akan tetapi, penerapan 3T tentunya masih perlu ditingkatkan karena masih asing terdengar di masyarakat. Berbeda dengan 3M yang kampanyenya dilakukan terlebih dahulu dan gencar. “Saat ini 155 pasien masih menjalani perawatan, semoga angka sembuh bisa terus meningkat,” harapnya. (Puspawati/balipost)