DENPASAR, BALIPOST.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengaku tidak mempermasalahkan keputusan pemerintah pusat untuk mengurangi libur dan cuti bersama di akhir tahun 2020. Apalagi, keputusan ini diambil demi keselamatan dan kesehatan bersama lantaran pandemi COVID-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
“Untuk Bali tidak masalah. Artinya, kalaupun ada pembatasan liburan yang dipotong lagi tiga hari, saya kira tidak masalah,” ujar pria yang akrab disapa Cok Ace ini di Wiswasabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Senin (14/12).
Menurut Cok Ace, pengurangan libur dan cuti bersama akan lebih banyak dirasakan oleh para ASN. Sedangkan yang bekerja di sektor swasta, pihaknya meyakini mereka sudah memiliki program sendiri untuk berkunjung ke Bali.
Berkaitan dengan libur Natal dan tahun baru, memang dikatakan sebagai hal yang rutin sehingga tidak ada persiapan khusus untuk itu. Namun demikian, masyarakat tetap diingatkan untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
“Karena kebetulan sekarang ada COVID-19 tentu yang perlu kita sikapi dan cermati jangan sampai penularan atau terjadi transmisi akibat kerumunan massa dalam rangka Natal dan tahun baru,” paparnya.
Di sisi lain, lanjut Cok Ace, seluruh komponen di Bali baik masyarakat, pemerintah maupun industri dikatakan telah berupaya untuk bagaimana memberikan kepercayaan kepada masyarakat luas. “Kita bisa lihat sendiri bagaimana perkembangan COVID-19 di Bali, kan akhir-akhir ini landai lagi,” jelasnya.
Cok Ace menambahkan, sudah sewajarnya Bali mendapatkan prioritas dalam vaksinasi COVID-19. Hal ini tidak lepas dari posisi Bali sebagai destinasi pariwisata dunia. Banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Bali. Secara otomatis, banyak pula terjadi interaksi antara masyarakat khususnya pelaku pariwisata dengan masyarakat dunia.
“Jadi saya kira memang sudah sewajarnya Bali mendapat prioritas. Tentu ada penilaian dari Dinas Kesehatan, siapa yang paling berisiko, itu yang diprioritaskan (untuk mendapat vaksin, red),” terangnya. (Rindra Devita/balipost)