MANGUPURA, BALIPOST.com – Kabupaten Badung kembali menggelar Karya Pemahayu Jagat lan Peneduh Jagat, Mapekelem, Medasar Tawur Labuh Gentuh (Segara Kertih), di Pantai Geger, Desa Adat Peminge, Kuta Selatan, bertepatan dengan Tilem Sasih Keenam, Senin (14/12). Karya yang bertujuan untuk memohon kerahayuan dan keharmonisan alam semesta ini dihadiri langsung Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta bersama Istri Ny. Seniasih Giri Prasta, Perangkat Daerah Kabupaten Badung, Bendesa Adat serta tokoh masyarakat setempat.
Pada kesempatan tersebut Bupati mulang pekelem dengan wewalungan kebo dan kambing ke tengah laut.
Upacara Tawur Labuh Gentuh dipuput Tri Sadaka yaitu Ida Rsi Bujangga Wisnawa Agung Suryayana dari Griya Candrakusuma, Dukuh Sengguan, Munggu, Ida Pedanda Gede Made Bukit Putra dari Griya Buda Purnawati Denpasar dan Ida Pedanda Gede Ketut Putra Timbul dari Griya Gede Kawi Purna Timbul Mengwi. Sedangkan Upacara di Pura Geger dipuput Ida Pedanda Gede Genitaen Sanur dari Griya Ngenjung Keniten. Upacara juga diisi Tari Wali Topeng Sidakarya dan Wayang Lemah.
Bupati Giri Prasta dalam kesempatan tersebut menyampaikan, upacara pemahayu jagat merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan di Kabupaten Badung dengan tujuan untuk keseimbangan alam buana alit dan buana agung. Upacara pemahayu jagat yang dilaksanakan di Pantai Geger merupakan perwujudan sebagai simbul laut, karena laut merupakan alam yang melingkari daratan dan sebagai benteng sehingga dapat menjaga stabilitas dan ketahanan kehidupan di buana agung untuk muwujudkan jagadhita, khususnya di wilayah Kabupaten Badung dan Bali umumnya.
“Rangkaian upacara ini, kami Pemkab Badung telah melaksanakan ngaben bikul, Upacara Pemahayu Jagat di Pantai Seseh dan sekarang Segara Kertih di Pantai Geger. Semoga melalui upacara segara kertih dan labuh gentuh ini, Ida Hyang Samudra/Hyang Baruna memberikan keseimbangan alam sekala dan alam niskala sehingga merana yang asalnya dari laut akan kembali ke laut,” jelasnya.
Sementara itu Kadis Kebudayaan Badung I Gede Eka Sudarwitha mengatakan, upacara pemahayu jagat rutin dilaksanakan setiap tahun yaitu bertepatan dengan tilem sasih keenam. Pada upacara kali ini menghaturkan upakara yakni bebangkit 5 (lima) soroh, ayaban prascita bumi serta padudusan agung. Tawur menggunakan sarana wewalungan berupa banteng, asu bang bungkem, kambing, bawi plen dan kebo. Sarana pekelem berupa bebangkit selem, wewalungan kebo, kambing, bebek dan ayam. Sedangkan di Pura kaatur ayaban mebebangkit.
Sedengkan Kasi Urusan Agama Hindu Kementerian Agama Kabupaten Badung I Gede Sumarawan mewakili Kakandep Agama Badung menjelaskan, upacara pemahayu jagat dilaksanakan didasari atas kesakralan jagat Bali, sehingga wajib melakukan upacara salah satunya pemahayu jagat guna memohon keselamatan. Ditambahkan, sastra menyebutkan, pada sasih keenam ini adalah peyogan Ida Bhatari Durga dan datangnya wabah di permukaan bumi.
Tidak saja menyerang manusia, wabah juga menyerang binatang dan tumbuhan. Untuk itu wajib melaksanakan upacara peneduh bumi. “Melalui bhakti ini semoga Ida Bhatara Baruna memberikan keselamatan bagi kita semua dan wabah COVID-19 cepat berakhir,” harapnya. (Adv/balipost)