DENPASAR, BALIPOST.com – Aksi dukungan terhadap TNI dan Polri dalam memberangus radikalisme dan sparatisme digelar Patriot Garuda Nusantara (PGN) Bali di depan monumen perjuangan rakyat Bali, Jumat (18/12). Aksi ini diikuti sekitar 20 orang dengan membawa sejumlah poster dan bendera.
Dalam aksi tersebut, mereka menyatakan sikap penolakan faham radikal masuk ke Indonesia khusunya ke Bali, meminta pemerintah untuk membubarkan organisasi apapun yang bertujuan untuk mengganti Pancasila dengan paham lain. Mendukung penuh tindakan kepolisian dan TNI dalam menjaga kedaulatan, persatuan Republik Indonesia.
Menurut panglima komando PGN wilayah Bali dan Indonesia Timur, Gus Yadi bahwa aksi ini merupakan dukungan terhadap TNI dan Polri untuk memberangus ormas radikal yang ada di seluruh Indonesia. Selain itu, pihaknya juga meminta kepada Gubernur dan DPRD Bali untuk membuat peraturan daerah, terkait screning dalam mendatangkan tokoh-tokoh yang dirasa dapat memecah persatuan bangsa ke Bali.
Hal ini untuk mencegah doktrin radikal yang dapat memecah persatuan bangsa disampaikan dalam ceramah keagamaan. Untuk mecapai kemerdekaan Indonesia, para pahlawan dari berbagai suku dan agama bersatu, berjuang dengan mengorbankan darah dan nyawa mengusir penjajahan.
Para pahlawan menitipkan bangsa Indonesia dengan ideologi Pancasila kepada kita untuk diteruskan. Jadi tidak perlu lagi diganggu ideologi bangsa ini. “Untuk itu, apapun organisasi dan partai politik yang ada di Indonesia, khususnya yang ada di Bali yang tidak berasaskan Pancasila, dilarang masuk Bali. Itu untuk amannya Pulau Bali,” terang Gus Yadi yang didampingi Danier Tri Sasongko selaku Ketua Wilayah PGN Bali.
Dalam aksi kali ini, memang tidak menerjunkan masa yang banyak. Ini mengikuti imbauan pemerintah untuk tidak berkumpul dengan banyak orang di masa pandemi COVID-19.
Tidak hanya itu, dalam aksi, simpatisan juga tetap mengikuti protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak antar sesama peserta. “Kita sekitar 20 orang, karena kita menghormati protokol kesehatan”, paparnya. (Eka Adhiyasa/balipost)