DENPASAR, BALIPOST.com – Gairah seniman berkarya di tengah pandemi Covid-19 tetap membara. Tengoklah titik 0 Km Kota Denpasar.
Di situ terpajang karya seni instalasi berjudul ‘’Pandora Paradise’’ karya perupa I Ketut Putrayasa. Itu salah salah satu bukti betapa semangat berkesenian tetap tinggi pada masa pandemi.
Karya instalasi itu berbahan akrilik dan bambu sintetis, dikerjakan sekitar 20 hari. “Event ini sebuah ritual prasawya yakni berlawanan arah jarum jam. Dimulai dari titik nol Kota Denpasar. Setelah itu ke kabupaten lain setiap bulan dan submitnya di Kuta,” ujar Putrayasa, Senin (21/12).
Pameran seni instalasi ini merupakan penanda awal dari serangkaian Kuta Sunrise Project Art 2021 yang nantinya digelar di Kuta. Sebuah proyek seni yang diniatkan sebagai suar, penerang harapan tentang dunia dan diharapkan turut memberi inspirasi bagi setiap orang dari manapun berasal dan siapa pun mereka.
Kurator pameran, Tatang B.Sp. menyampaikan, inspirasi karya seni instalasi ini datang dari mitologi Yunani, tentang sebuah kotak istimewa yang di kemudian hari menjadi sebab datangnya malapetaka. Kotak itu dikenal sebagai Kotak Pandora, sebuah artefak penyimpan cerita tentang hidup manusia dengan gema abadi sepanjang zaman dan tempat.
Karya seni instalasi Pandora Paradise merupakan tafsir bebas atas mitologi Kotak Pandora itu. Kata paradise tentu sebuah metafora, ia sebuah perumpamaan.
Karya seni instalasi Putrayasa menggambarkan potret zaman. Karya seni instalasi ini berupa sebuah kotak tembus pandang berbahan akrilik.
Di dalamnya tampak himpunan bambu artifisial (sintetis) dengan ujung runcing disusun membentuk formasi seperti himpunan anak panah yang sedang melayang. Bambu-bambu itu tampak sebagai arus yang satu, bergerak padu selaras.
Seakan menghujam di udara menuju arah tertentu, lalu menembus dinding kotak. Dinding bocor maka malapetaka menyebar kemana-mana—sebagaimana dalam mitologi itu. Di situlah karya seni instalasi Putrayasa memperlihatkan gagasan tentang distopia.
Warna-warni bambu ini saling bersaing untuk kemudian saling menyelaraskan diri. Pada saat lain, seolah penglihatan kita diajak meluncur mengikuti kesan melayang objek.
Pada hemat Tatang, Putrayasa tampaknya hendak menyodorkan satire: yang tampak warna-warni itu jadi palsu. Pandora Paradise seakan medan tarung antara keindahan dan kengerian yang menghujam.
Pandora Paradise dipajang di kawasan terbuka Titik 0 KM Denpasar sebagai eksteriornya. Sebuah kawasan yang merupakan salah satu penopang budaya Bali di Denpasar. Di sinilah kita bertemu kosmos tradisi yang dimanifestasikan sebagai patung Catur Muka.
(Subrata/balipost)