SEMARAPURA, BALI POST.com – Dunia arsitektur Bali kembali kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Di penghujung tahun ini, Ida Bagus Tugur yang merupakan arsitek dan undagi yang dikenal akan karya desainnya yakni Art Centre Denpasar, telah berpulang, Selasa (22/12).
Saat ini, jenazahnya sedang dalam perjalanan dari Denpasar menuju tanah kelahirannya di Gria Cucukan, Klungkung. Bendesa Adat Cucukan Ida Bagus Nyoman Ari Sanjaya, saat dihubungi balipost.com membenarkan kabar duka ini.
Tokoh arsitek kelahiran 1926 ini, meninggal di usia 94 tahun. Menurut Ari Sanjaya, dia dikenal sebagai undagi dan arsitek besar yang telah mendesain banyak tempat-tempat strategis di Bali.
Tidak hanya Art Centre Denpasar yang banyak dikagumi masyarakat dan rekan di kalangan arsitek karena keindahannya, almarhum juga mendesain Kawasan Renon Denpasar, dari Kantor Gubernur sampai Bajra Sandi. “Tidak hanya Art Centre Denpasar, kompleks di Renon itu semua beliau (I.B Tugur) yang mendesain. Termasuk TMII (Taman Mini Indonesia Indah) juga,” kata Ari Sanjaya.
Tidak hanya itu, Gedung DPRD Bali, juga buah hasil pemikirannya di sekitar Kompleks Kawasan Renon. Termasuk Gedung DPRD Klungkung hingga Patung Kanda Pat Sari atau Catus Pata Klungkung hingga desain banyak pura besar di Bali.
Dia telah banyak meninggalkan karya-karya besar di Bali. Dalam menciptakan karya-karya besar, almarhum dikatakan ditemani salah satu anaknya Ida Bagus Gede Yadnya. “Dia (Ida Bagus Gede Yadnya) salah satu anaknya yang ikut langsung menemani ayahnya dalam menciptakan karya-karya besar yang diwariskan kepada masyarakat Bali sampai sekarang. Dibantu banyak rekan arsitek lainnya dalam menggarapnya,” tegasnya.
Setelah almarhum I.B Tugur berpulang, jenazah almarhum dikatakan masih dalam perjalanan dari Denpasar menuju rumah duka di Gria Cucukan, Klungkung. Ari Sanjaya menerangkan, setelah sampai di Gria, nanti akan ada rembug keluarga besarnya bersama Prajuru Desa Adat Cucukan, mengenai proses selanjutnya.
Setelah itu, baru matur kepada ida sulinggih untuk rencana penentuan tingkatan palebonnya. Apalagi, dalam situasi seperti sekarang, yakni pandemi COVID-19.
Almarhum sudah mengurangi kegiatannya sejak usia 70 tahun. Sehingga, ia memilih beristirahat, dan mengurangi kiprah, meski ragam undangan dan pekerjaan terus berdatangan kepadanya.
Setelahnya, yang lebih banyak yang berperan adalah anak-anaknya. “Meski sudah memutuskan istirahat, permintaan untuk memakai jasanya masih tinggi meski sudah terkendala usia, karena I.B Tugur punya nama besar di bidangnya ini. Beliau dikenal sangat idealis dengan ide-idenya,” tutup Ari Sanjaya. (Bagiarta/balipost)