DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pertanian Bali akan dibangun lebih serius dari hulu hingga ke hilir untuk menuju kedaulatan pangan. Mengingat, ketergantungan pada produk pertanian dari luar, mulai dari beras, telur, daging, buah-buahan, hingga sayur, menjadi persoalan mendasar yang dihadapi Bali saat ini.

Baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari masyarakat lokal, maupun wisatawan. “Tahun 2019, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali 6,3 juta, wisatawan nusantara 10,5 juta. Itu pasar yang sudah datang, tidak perlu dicari,” ujar Gubernur Bali Wayan Koster dalam acara FGD “Menyeimbangkan Struktur dan Fundamental Perekonomian Bali : Pariwisata, Pertanian dan Kelautan serta Industri” di Jayasabha, Denpasar, Selasa (22/12).

Baca juga:  Ramai Dikunjungi Wisatawan, Monumen Jagaraga Jadi Lokasi "Selfie" dan Pusat Edukasi Sejarah

Menurut Koster, potensi pasar dari kalangan wisatawan ini harus diberdayakan. Itu sebabnya, terbit Pergub No.99 Tahun 2018 untuk menghubungkan antara produsen dengan konsumen.

Paling tidak, hotel dan restoran yang ada di Bali wajib memakai produk pertanian, perikanan, dan industri lokal Bali. Para petani di desa-desa harus merasakan manfaat optimal dari pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Ke depan, tidak boleh lagi ada komoditas pertanian yang harganya anjlok pada saat panen raya. “Kita perlu tahu hotel-hotel disana itu dari mana barangnya datang. Mohon maaf, kita akan ‘main keras’ di tahun 2021,” imbuhnya.

Baca juga:  Dari Peselancar AS Dianiaya di Pantai Pandawa hingga Jadwal PPDB Kota Denpasar 2023/2024

Di hulu, lanjut Koster, masalah lahan, pengairan, bibit, pupuk, inovasi, dan budidaya menjadi perhatian untuk meningkatkan kualitas produksi dan daya saing. Ke depan, pertanian Bali harus mengarah ke organik sehingga penggunaan pupuk kimia dan pestisida tidak lagi direkomendasikan.

Sebab, hal itu dapat merusak pertanian sekaligus ekosistem di Bali. Sementara di hilir, pihaknya menjamin ada kepastian pasar. Dalam hal ini, pasar akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan domestik (masyarakat Bali, red) dan wisatawan yang datang ke Bali.

Baca juga:  PHDI Bali Bahas Penolakan Proyek SUTET di Kawasan Pura Segara Rupek

“Hotel harus gunakan produk pertanian Bali. Jangan biarkan mafia pangan masuk kesana kemari akhirnya produk kita terhambat, gak bisa masuk,” imbuhnya.

Koster menambahkan, kerjasama perdagangan antar daerah serta ekspor ke luar negeri juga akan dikembangkan. Selain itu, membuat sentra-sentra industri untuk pangan, sandang dan kerajinan rakyat.

Pengembangannya nanti didukung riset untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan daya saing produk. Pada intinya, Bali akan mengarah ke produk pangan organik berkualitas dan sehat, serta lingkungan yang sehat. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *