SEMARAPURA, BALIPOST.com – TOSS Center Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, terus berbenah untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang semakin profesional. Bahkan, tidak hanya mampu mengolah sampah, menghasilkan pupuk hingga pelet, TOSS Center juga diarahkan untuk menjadi tempat edukasi bagi masyarakat maupun daerah lain.
Hal ini sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan alam dari ancaman sampah, dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. “Menyelesaikan masalah sampah ini, sekaligus akan menyelesaikan banyak masalah lingkungan yang lain. Sebab, masalah sampah ini adalah akar dari seluruh masalah lingkungan,” kata Bupati Suwirta, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Gerakan Satu Juta Krama san Yowana Bali di TOSS Center Karangdadi, Klungkung, Rabu (23/12). Gerakan ini diinisiasi Yayasan Dharma Naradha didukung Pemprov Bali dan bekerjasama dengan Kelompok Media Bali Post.
Pemkab Klungkung, bahkan sudah menyiapkan anggaran Rp 5 miliar untuk penataan TOSS Center. Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, Rabu (23/12), mengatakan inovasi ini sangat nyambung dengan apa yang telah diprogramkan Gubernur Bali, Wayan Koster.
Terutama dalam pengelolaan sampah dengan munculnya pergub tentang larangan timbulan sampah plastik. Kemudian pergub lanjutan tentang penyelesaian sampah berbasis sumber.
Bupati Suwirta menambahkan, inovasi TOSS Center Karangdadi, belum cukup untuk mengatasi sampah secara menyeluruh. Soalnya sampah harus diurus dari hulu sampai hilir. Maka pihaknya kembali menciptakan program lanjutan pemilahan sampah dari sumber. “Bangun TOSS ini awalnya dimana-mana di tolak, karena sampah itu kotor, penyakit. Kami berusaha yakinkan. Akhirnya, diterima di tempat ini,” tegasnya.
Agenda penanganan sampah di Klungkung, tak akan berhenti dalam pengelolaan sampah. Inovasi ini akan dilanjutkan lagi dengan satu gerakan bersama dalam program Gema Tansaplas (Gerakan Masyarakat Puputan Sampah Plastik), untuk memperkuat gerakan penuntasan sampah ini. Sasarannya, semua desa harus punya tempat pengelolaan sampah. Jadi, ini memaksa desa untuk menyelesaikan sampah dari sumbernya.
“Ending dari seluruh pengelolaan sampah adalah mewujudkan Klungkung yang bersih, sehat dan nyaman. Bebas dari ancaman sampah plastik. Kalau nantinya bernilai ekonomis, maka itu bonusnya,” katanya.
Salah satu krama dari kalangan petani, Nengah Sukarta, Klian Subak Sampalan Delod Margi, sangat merasakan dampak dari program pengelolaan sampah ini. Dia merasakan sendiri sampah mulai jauh berkurang di lingkungan sekitarnya, yang sebelumnya sangat berjubel di sawah.
Sehingga sangat mengganggu. Saat ini, tinggal terus bergerak untuk mengedukasi masyarakat, karena masih ada sampah yang dibuang ke sungai. “Kebiasaan masyarakat yang seperti ini, agar ini bisa ditindak sampai jera. Sampah popok bahkan ada sampah katik sate yang berbahaya. Tetapi, sekarang lingkungan kami sangat merasakan di tingkat petani. Lingkungan menjadi lebih bersih dari sampah plastik,” katanya. (Bagiarta/balipost)