Sejumlah perwakilan generasi muda (yowana) dan krama dari empat kecamatan di Kabupaten Bangli berkesempatan meninjau secara langsung pengolahan sampah di Desa Adat Penglipuran dalam kegiatan sosialisasi Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Gerakan Satu Juta Yowana Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Bali Era Baru, Kamis (24/12). Acara yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali serta Kelompok Media Bali Post diikuti antusias oleh para peserta. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Generasi muda (yowana) dan krama punya peran strategis dalam menjaga alam Bali. Salah satu hal yang bisa dilakukan dalam upaya menjaga kelestarian dan keharmonisan alam Bali secara sekala maupun niskala sesuai visi Gubernur Bali Nangun Sat Kertih Loka Bali adalah melakukan pengelolaan sampah.

Seperti yang selama ini telah diimplementasikan yowana dan krama di Desa Adat Penglipuran, Bangli. Sejumlah perwakilan generasi muda (yowana) dan krama dari empat kecamatan di Kabupaten Bangli berkesempatan meninjau pengolahan sampah di Desa Adat Penglipuran dalam kegiatan sosialisasi Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Gerakan Satu Juta Yowana Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Bali Era Baru, Kamis (24/12). Acara yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali serta Kelompok Media Bali Post diikuti antusias oleh para peserta.

Desa adat yang mendapat julukan desa terbersih di dunia itu, mengelola sampah dengan melakukan pemilahan sampah organic dan non organic. Sampah organik,  khususnya sampah daun yang dihasilkan hektaran hutan bambu di wewidangan Desa Adat Penglipuran diolah menjadi kompos.

Pengolahan dilakukan di sebuah tempat yang didirikan Desa Adat Penglipuran. Kompos yang dihasilkan digunakan untuk menyuburkan tanaman di lingkungan desa setempat.

Baca juga:  Tari Baris Dadap Wajib Dipentaskan di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Les

Sedangkan sampah non organik seperti plastik dikumpulkan rutin setiap bulan oleh krama istri yang tergabung dalam PKK untuk kemudian dan diserahkan ke bank sampah untuk didaur ulang.

Kepala Lingkungan Penglipuran Wayan Agustina dalam sambutannya sangat mengapresiasi gerakan Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Gerakan Satu Juta Yowana Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Bali Era Baru yang diadakan YDN. Dirinya berharap dengan gerakan ini nantinya para peserta bisa menggetoktularkan ke yowana dan krama di lingkungan sekitar tentang cara pengelolaan sampah dalam upaya menjaga kelestarian dan keharmonisan alam Bali.

Bendesa Adat Penglipuran I Wayan Supat sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa Desa Adat Penglipuran selama ini menjadikan Tri Hita Karana sebagai falsafah hidup krama. Tri Hita Karana memiliki makna tiga penyebab kebahagiaan yang bersumber dari keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), hubungan manusia dengan sesama manusia (pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan). “Maka jika manusia ingin hidup bahagia di jagat raya ini implementasikanlah Tri Hita Karana,” kata Supat.

Ditambahkannya bahwa Tri Hita Karana merupakan roh dari visi Gubernur Bali Wayan Koster, Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Pada kesempatan itu, pria yang sudah ngayah sebagai bendesa sejak 1999 itu memaparkan bahwa dalam menjaga alam dan lingkungan, pihaknya juga melibatkan yowana sejak dini.

Baca juga:  Desa Adat Wanagiri Kembangan Potensi Sejumlah Air Terjun

Peran yowana diakui sangat strategis. Pelibatan yowana ini tegasnya bukan memberikan beban tapi memberdayakan. Menurut Supat, sebuah tradisi tidak mungkin akan diwarisi kalau tidak diberikan pendidikan secara dini sesuai porsi atau kemampuan mereka.

Disampaikan juga bahwa dari upaya menjaga alam dan lingkungan yang selama ini telah dilakukan, Penglipuran mendapat banyak penghargaan. Diantaranya kalpataru.

Penghargaan ini diberikan pemerintah atas komitmen menjaga hutan bambu. Penglipuran juga masuk dalam 100 top desa wisata berwawasan lingkungan tiga di dunia.

Serta mendapat julukan desa terbersih di dunia. “Bagi Desa Adat Penglipuran, tidak pernah gila penghargaan. Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana Tri Hita Karana yang merupakan falsafah yang luar biasa bisa kita implementasikan,” kata Supat.

Sementara itu, I Nyoman Setiawan, Wakil Kepala Lingkungan Penglipuran sebagai narasumber kedua memaparkan terkait cara pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat Penglipuran. Jelasnya, setelah dilakukan pemilahan, sampah non-organik yang bisa didaur ulang dibawa ke bank sampah oleh ibu-ibu PKK. Sedangkan sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang dikirim ke TPA.

Untuk sampah organik, khususnya daun bambu diolah dijaadikan pupuk kompos. Ungkap Setiawan, wilayah Penglipuran memiliki hutan bambu yang cukup luas.

Baca juga:  Desa Adat Kutuh Gelar Pujawali di Pura Dhang Kahyangan Gunung Payung

Sampah daun bambu yang dihasilkan diolah jadi kompos di tempat pengolahan pupuk organik dewi (desa wisata) Penglipuran. Proses pengolahan diawali dengan mencacah daun bambu kemudian dicampur sekam dan kotoran ayam lalu difermentasi dengan EM4. “Untuk menghasilkan pupuk yang bagus, dalam sebulan harus tiga kali diaduk,” jelasnya.

Kata Setiawan selama ini kompos yang dihasilkan sudah lulus uji lab. Kompos digunakan untuk pemupukan tanaman bunga di lingkungan Penglipuran.

Kebetulan Penglipuran punya program Penglipuran berbunga. Selain itu kompos juga diberikan ke masyarakat lainnya.

Ke depan program pengolahan sampah juga akan diimplementasikan di tingkat rumah tangga. Masing-masing rumah tangga akan disediakan dua buah ember besar untuk menampung sampah organik dan non organik.

Pengolahan sampah organik rumah tangga seperti sisa canang, sisa makanan dan lainnya akan diolah dengan cara seperti pengolahan daun bambu. “Mudah-mudaha itu bisa terealisasi di tahun 2021,” terangnya.

Pada kesempatan itu, Setiawan mengajak para yowana dan krama peserta sosialisasi untuk menjadi penggerak di masyarakat dalam hal penanganan dan pengelolaan sampah. Hilangkan makna negatif dari sampah. Jadikan sampah yang bisa didaur ulang menjadi sahabat yang bermanfaat. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *