Porang kini banyak ditanam petani di Jembrana. (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Selain vanili, budidaya tanaman porang belakangan populer di kalangan petani di Jembrana. Sejumlah warga yang memiliki tanah kebun, memanfaatkan kosong atau di sela-sela pohon untuk tanaman jenis umbi-umbian ini.

Selain hasil jualnya lumayan, tanaman ini cenderung mudah perawatan dan pertumbuhannya unik. Kini sejumlah petani kebun, banyak yang memanfaatkan lahan luangnya untuk tanaman umbi itu.

Beberapa juga sengaja menanam di pot dengan jumlah yang banyak. Sebelum porang dikenal, para petani di Jembrana sudah cukup akrab dengan tanaman tersebut.

Baca juga:  Terpeleset, Siswi SMA Dilaporkan Hanyut di Biluk Poh

Bahkan tumbuh dengan sendirinya di sela-sela kebun dan dianggap tidak bermanfaat.  Namun, begitu tanaman ini diketahui memiliki nilai ekonomis, banyak yang mulai membudidayakan. “Biasanya kita sebut kula-kula. Pertumbuhannya cukup unik, besarnya batang tanaman tidak menjamin kalau umbinya itu juga besar. Dan biasanya di bagian atas layu sendiri, tapi nanti (tanaman) tumbuh lagi,” ujar IB Wasa (50) salah seorang petani di Batuagung, Jembrana, Bali.

Karena kini sudah cukup banyak yang menanam porang atau kula-kula ini, para petani tidak hanya menjual hasil buahnya saja. Tetapi juga menjual bibit yang masih ukuran kecil.

Baca juga:  Jaga Stok Ikan Kerapu, Penangkapan dan Budidaya Mesti Sustainable

Di tingkat petani, harga bibit masih cukup lumayan. Antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram. Tetapi untuk bibit dari buah porang, mencapai Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu per kilogramnya. Tergantung besaran yang dihasilkan.

Hal serupa juga diungkapkan para petani kebun di Desa Pulukan, Pekutatan, Jembrana. Warga cukup antusias menanam bibit ini.

Sebab, pemeliharaannya relatif mudah dan cocok hidup di perbukitan. “Sekarang banyak yang tanam, harganya jualnya masih cukup lumayan. Memanfaatkan lahan yang kosong,” terang IGN Stiana (32) warga Pulukan.

Baca juga:  Lahan Alami Kekeringan, Petani Subak Pecala Alih Profesi

Untuk pasarnya, masih menjanjikan. Hasil dari umbi ini dapat dimanfaatkan berbagai kebutuhan. Mulai dari bahan mie hingga lem perekat ramah lingkungan

Secara umum, di Kabupaten Jembrana budidaya tanaman ini belum masuk tanaman unggulan kebun. Meskipun saat ini sudah cukup banyak petani yang mulai menanam. Hanya saja terkendala bibit. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *