DENPASAR, BALIPOST.com – Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali merupakan visi yang luar biasa dan bisa menumbuhkan keyakinan bahwa Bali saat ini dan di masa depan akan bisa meraih zaman keemasannya. Visi ini juga telah membuka kesadaran krama Bali untuk bergerak menjaga Bali demi ajegnya Bali.
Bali era baru dengan spirit dresta Hindu Bali haruslah terus terwariskan. Yowana Bali sebagai pewaris harus siap mengawal kesucian dan keharmonisan alam Bali. Bali haruslah kembali menjadi pusat peradaban dunia.
Demikian ditegaskan Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet saat penutupan Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Satu Juta Yowana Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali Menuju Bali Era Baru di Wantilan Gedung Pers Bali Ketut Nadha, Denpasar, Minggu (27/12).
Acara penutupan kegiatan yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha (YDN) bersinergi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dan Kelompok Media Bali Post (KMB) ini dihadiri Ketua Yayasan Dharma Naradha Satria Naradha, Manggala Utama Pasikian Paiketan Krama Istri (Pakis) Bali Ni Putu Putri Suastini Koster, Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, Manggala Agung Pasikian Pecalang Bali I Made Mudra, dan Baga Hukum, Kamtibmas dan Perlindungan Anak Yowana Bali I Gede Pasek Pramana. Selain itu, para peserta gerakan untuk membumikan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” ini juga mengikuti secara virtual melalui zoom dan ditayangkan langsung di Bali TV.
Sebelumnya, Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Satu Juta Yowana Bali dibuka oleh Gubernur Bali Wayan Koster di Jayasabha, Denpasar, Jumat (4/12). Pascadibuka, kegiatan sosialisasi langsung dilakukan ke kabupaten/kota di Bali.
Ketua Yayasan Dharma Naradha Satria Naradha mengatakan komitmen mengawal Bali hendaknya menjadi gerakan berkelanjutan. Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali menjadi ruang dan jalan yang sangat ideal untuk mendedikasikan diri menjaga Bali sebagai pusat peradaban dunia. “Kita, pers mencatat bahwa krama kita sudah bergerak. Mudah-mudahan peserta sosialisasi ini nanti menjadi duta untuk bergerak terus menerus, bersama-sama bersinergi dan berkomunikasi dengan semua pihak,” tegas Satria Naradha.
Satria Naradha mencontohkan, di Desa Samsam, Tabanan yang menjadi salah satu lokasi sosialisasi sudah bergerak menginventarisasi lahan-lahan terlantar hingga terkumpul seluas 15 hektar. Tujuannya agar lahan-lahan tersebut tidak dijual, sehingga bisa dikelola untuk mendukung program Gubernur Bali dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Satu Juta Yowana Bali bersifat holistik, dimulai dengan mengelola sampah plastik hingga pengenalan tentang pertanian biodinamik. Melalui gerakan ini juga diharapkan dapat mencapai kesejahteraan krama Bali yang harmonis, menjaga kelestarian adat dan budaya, serta melindungi alam Bali dari eksploitasi yang berlebihan. “Budaya Bali, agama kita sejatinya ramah lingkungan dan sehat, secara spiritual juga. Sesuai visi-misi Gubernur, kita jaga ibu pertiwi, adat, budaya, agama,’’ jelasnya.
Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet menilai Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Satu Juta Yowana Bali sudah berjalan dengan baik dan berhasil. Terlebih, visi daerah ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ merupakan visi yang luar biasa dan bisa menumbuhkan keyakinan bahwa Bali saat ini dan di masa depan akan bisa meraih zaman keemasannya lagi.
Yaitu Bali yang ajeg, di mana agama Hindu Bali, krama Bali, adat Bali, dan budaya Bali tetap menjadi tuan di Bali. Dengan kata lain, visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ tidak hanya berhenti pada upaya menyelamatkan Bali, tetapi menuju pada keemasan Bali. ‘’Seperti halnya juga daerah-daerah lain, saya kira juga berharap yang sama. Kita yakin dengan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ ini, masyarakat Bali semuanya tanpa memandang agama, suku bangsa, semuanya yang tinggal di Bali ini akan menikmati,’’ jelasnya.
Ida Pangelingsir menambahkan, visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ memiliki dimensi sekala dan niskala karena dilandasi Tri Hita Karana dan kearifan lokal sad kerthi. Aspek parahyangan terkait dengan agama, budaya dan adat. Aspek hubungan antarmanusia harus saling menghormati, saling mendukung, dan saling memperhatikan. Kemudian ada aspek alam dan lingkungan.
Ketiganya harus diterapkan sesuai dengan tujuan visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ yakni Bali yang ajeg, tenang, aman, damai, rukun dan sejahtera. ‘’Ratu ingatkan semua pihak agar kita selalu menjaga etika, sopan santun dalam pergaulan, taat kepada aturan, taat kepada hukum dan hormati, junjung, yakini agama masing-masing, budaya dan adat kita yang adiluhung,’’ tegasnya seraya menambahkan, hal itu agar dilakukan tanpa menjelek-jelekkan atau memandang lebih rendah agama, budaya, dan adat orang lain.
Baga Hukum, Kamtibmas dan Perlindungan Anak Yowana Bali I Gede Pasek Pramana mengatakan, Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Satu Juta Yowana Bali telah memberikan wawasan baru. Utamanya dalam konteks bagaimana lebih menghargai lingkungan. Mengingat, dalam sosialisasi juga diselipkan materi seperti pertanian biodinamik. ‘’Ini wawasan baru bagi kami, pemuda Bali, yowana Bali untuk bisa membangun Bali yang lebih lestari ke depannya,’’ ujarnya.
Pasek Pramana berharap gerakan ini tidak hanya berhenti pada sosialisasi saja, tetapi ke depan yowana bisa terlibat secara aktif untuk meneruskan program yang baik ini, sehingga visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ bisa berjalan dengan apik dan implementasinya berjalan efektif.
Ketua Harian/Manggala Pakis Bali TIA Kusuma Wardhani mengatakan, visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ jika dilihat secara mendalam memasuki tahun 2021 sudah menuju Bali era baru. Ada tiga hal yang menjadi inti dari visi tersebut. Di antaranya menjaga kesucian alam Bali, serta seluruh aktivitas agar menyejahterakan rakyat Bali. ‘’Kemudian yang ketiga, yang lebih utama adalah bagaimana tidak hanya Pakis Bali, tetapi seluruh komponen masyarakat Bali diharapkan menjadi bagian dari Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Satu Juta Yowana Bali ini. Sasarannya adalah bagaimana keterlibatan semua komponen ikut menjaga kelestarian budaya yang kita miliki,’’ ujarnya.
Pada acara penutupan Gerakan Satu Juta Krama Bali dan Satu Juta Yowana Bali kemarin juga ditandai dengan penyerahan sertifikat penghargaan kepada krama dan yowana perwakilan kabupaten/kota di Bali oleh Manggala Utama Pakis Bali Ny. Putu Putri Suastini Koster dan Bendesa Agung MDA Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet. (Rindra Devita/balipost)