DENPASAR, BALIPOST.com – Saat ini baik dari segi kondisi maupun psikologis atlet Bali, diprediksi mampu mendulang 17 sampai dengan 21 keping emas, pada pelaksanaan PON XX di Papua, 2-20 November 2021. Sementara, Kontingen Bali menyabet 20 emas, 21 perak dan 35 perunggu, sekaligus bercokol di urutan peringkat keenam, pada PON XIX di Jabar 2016.
Binpres KONI Bali Nyoman Yamadhiputra, di Denpasar, Senin (28/12) mengungkapkan, peringkat kelima diduduki Kaltim dengan meraup 25 emas, 41 perak dan 72 perunggu. Peringkat keempat diraih Jateng yang mengoleksi 32 emas, 56 perak dan 85 perunggu. Peringkat di bawah Bali diraih Riau menghuni peringkat tujuh (18 emas, 26 perak, 27 perunggu) dan Papua bertengger di urutan kedelapan (18 emas, 18 perak, 32 perunggu).
Karena itu, menurut Yamadhiputra, sisa waktu sebulan ini Kontingen Bali harus digenjot, baik fisik, teknik, maupun segi psikologinya. “Untuk bisa bertahan di urutan keenam, potensi Bali harus ditingkatkan lagi dan perolehan medali emasnya mencapai 25 sampai 27 keping,” sebut Yamadhiputra.
Diakuinya, kontingen tuan rumah Bumi Cendrawasih menjadi ancaman serius. Bahkan, posisinya diprediksi melonjak ke peringkat empat. “Saya mengkalkulasi kontingen tuan rumah Papua bisa memperoleh 60 medali emas,” terangnya. Hasil PON di Jabar tiga peringkat teratas ditempati tuan rumah Jabar (217 emas, 157 perak, 157 perunggu). Disusul peringkat dua Jatim (132 emas, 138 perak, 135 perunggu) dan peringkat ketiga DKI (132 emas, 125 perak, 119 perunggu).
Sekum KONI Bali IGN Oka Darmawan menyatakan, Bali mematok target realistis memperoleh 25-27 emas, jika ingin tetap bercokol di peringkat keenam. Oka Darmawan menjelaskan, Bali akan bersaing ketat dengan Kaltim maupun Jateng. Namun, posisi tuan rumah Papua diperkirakan bakal melejit.
Ia menilai, kucuran dana dari Pemprov Bali untuk 2021 ke KONI Bali Rp 39 miliar. Dana itu dialokasikan untuk Pelatda, berikut pemberangkatan 251 atlet ke Papua ditambah 66 pelatih dan ofisial. “Bali meloloskan atlet dari 28 cabor, dari total 37 cabor yang dipertandingkan,” ucapnya. Ia mengakui, dana dari pemerintah harus diirit dan digunakan seefisien mungkin.
Dia mencontohkan, dana Pelatda awalnya Rp 2,7 juta per bulan, kemudian susut menjadi Rp 1,2 juta per bulan. “Kami akui hampir seluruh provinsi melakukan pengetatan dana, tetapi justru tantangan ini kami anggap sebagai peluang dan optimis PON Papua bisa dilaksanakan,” terang dia.
Pada bagian lain, Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi mengisyaratkan, selama pandemi covid-19 ini para atlet tidak bisa berlatih secara maksimal. Kendati demikian, kondisi fisik, stamina, kebugaran maupun mental atlet tetap dipantau sampai menjelang keberangkatan. “Jika fisiknya masih merosot, ya terpaksa kami batal memberangkatkan atlet. Bahkan, tiap hajatan multievent pembatalan atlet bisa mendadak, sebab keterbatasan dana,” papar Suwandi. (Daniel Fajry/Balipost)