DENPASAR, BALIPOST.com – Kenaikan harga kedelai diprediksi tak berlangsung lama. Harga kedelai dinilai kembali normal seiring dengan berjalannya mekanisme pasar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali I Wayan Jarta, Rabu (6/1) mengatakan, kenaikan harga kedelai tidak hanya isu Bali tapi secara nasional. Kenaikannya sekitar Rp 2.000-an per kg.
Kedelai yang beredar di Indonesia kebanyakan merupakan kedelai impor yang berasal dari Amerika. Sementara di pasar global, harga kedelai juga meningkat karena permintaan dari beberapa negara cukup besar. Sehingga sesuai hukum pasar, permintaan yang tinggi juga diikuti dengan kenaikan harga.
‘Tapi prediksi secara nasional, kenaikan harga ini tidak akan berlangsung lama, karena secara nasional kami pantau sudah diperintahkan untuk menstabilkan harga, kebijakannya apakah impor atau apa. Impor kedelai dampaknya juga akan terasa sampai Bali karena Bali menerima kedelai impor dari Surabaya,” tandasnya.
Selain harga kedelai impor yang naik, kenaikan harga juga karena produksi kedelai lokal yang berkurang. Sementara kedelai adalah tanaman palawija yang umumnya ditanam pada musim kemarau, sehingga stok lokal juga berkurang.
Kenaikan harga kedelai ini berdampak pada kenaikan harga tempe dan tahu. Berdasarkan survey yang dilakukan ke beberapa pasar, kenaikan baru terlihat sejak dua hari lalu. Sebelumnya, pada level pasar harga tahu tempe masih pada harga yang sama. Namun pada tingkat distributor mulai ada kenaikan. “Kemarin kita tanya pada perajin tempe, mereka sementara masih bisa jalan, hanya dari sisi ukuran dia kurangi,” tuturnya.
Menurutnya, selama ini tren harga kedelai stagnan, tidak ada fluktuasi harga yang begitu signifikan. Kenaikan harga kedelai saat ini karena pengaruh pasar global, karena Cina mengimpor kedelai besar – besaran dari Amerika. Jika kebutuhan Cina terpenuhi, maka stok kedelai akan kembali normal, maka harga kedelai global juga berangsur – angsur pulih. (Citta Maya/Balipost)