DENPASAR, BALIPOST.com – Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan mulai dilakukan pada 11 Januari hingga 25 Januari. Kondisi ini dinilai akan diadaptasi oleh dunia usaha atau menutup sementara usaha mereka, terutama di sektor pariwisata. Demikian dikemukakan Ketua PHRI Denpasar Ida Bagus Sidharta, Kamis (7/1).
Ia mengatakan, banyak usaha akan beradaptasi dengan kebijakan ini atau menutup sementara usaha mereka, terutama di sektor pariwisata seperti obyek wisata, hotel, restaurant, dan aktivitas lainnya. PPKM dilakukan, menurutnya, karena peningkatan angka yang sangat besar setelah liburan dan fasilitas kesehatan sudah hampir penuh.
Pria yang akrab disapa Gusde ini mengatakan upaya ini dalam rangka memperbaiki kondisi Bali dan Indonesia dari COVID-19 agar menjadi zona hijau. Pengetatan yang dilakukan diharapkan bisa mempercepat dibukanya Bali untuk penerbangan internasional.
Pengamat ekonomi, Nyoman Sender menilai PPKM tidak akan berdampak terlalu parah kepada ekonomi. Karena investasi kesehatan selama dua minggu ini akan berdampak untuk ekonomi jangka panjang. “Kalau betul dari tanggal 11 – 25 Januari saja barangkali dampaknya tidak terlalu parah. Cuma belum ada jaminan setelah 25 Januari, PPKM tidak diperpanjang lagi oleh pemerintah,” ujarnya.
Dengan adanya PPKM, ia khawatir indicator IHSG, nilai tukar rupiah dan indeks PMI (Purchasing Manager Indeks) yang sudah membaik akan mengendor lagi. “Tapi kita mesti berpikir positif saja bahwa kebijakan pemerintah ini demi kepentingan seluruh rakyat. Artinya masyarakat mesti legowo menerima kondisi ini sementara demi kesehatan dan perbaikan ekonomi selanjutnya,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah saat ini dalam kondisi dilematis antara ekonomi dan kesehatan. Baginya dua-duanya penting, namun sulit untuk terjadi berbarengan. Sehingga pemerintah memilih mengutamakan kesehatan.
Ia berharap pandemi yang merontokkan sektor pariwisata, menyadarkan masyarakat dan Pemerintah Bali bahwa sektor primer atau pertanian harus lebih diperhatikan lagi. “Back to basic agar kita tidak terlena dengan suksesnya sektor pariwisata yang sangat rentan dengan isu,” sarannya. (Citta Maya/balipost)