DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam situasi menurunnya kemampuan anggaran negara akibat pandemi Covid-19, Pemerintah Provinsi Bali bersama pemerintah pusat tetap mampu merealisasikan pembangunan infrastruktur darat, laut, dan udara yang strategis, fundamental, sekaligus monumental. Di tahun 2021 ini, infrastruktur pendukung lima program bidang prioritas pembangunan Bali pun dilanjutkan.
Salah satu pembangunan infrastruktur yang dinilai sangat strategis adalah pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung yang diyakini merupakan momentum bagi kebangkitan kejayaan Bali. Selain itu, juga dilanjutkan pembangunan shortcut ruas jalan Singaraja-Mengwitani, pembangunan Segitiga Emas Nusa Penida, pembangunan Bendungan Sidan di Kabupaten Badung, Bangli dan Gianyar, pembangunan Pasar Sukawati, renovasi Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, pengembangan Pelabuhan Benoa menjadi Bali Maritime Tourism Hub, dan pengembangan kapasitas parkir pesawat dan Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai.
“Semua program pembangunan infrastruktur ini akan memiliki daya ungkit, penyerapan tenaga kerja, dan multiplier effect bagi kesejahteraan masyarakat Bali,” ujar Rektor Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S., Selasa (12/1).
Guru Besar Universitas Udayana (Unud) jebolan Jerman ini menilai, secara umum program bidang prioritas telah dapat berjalan sesuai arah kebijakan, meskipun ada beberapa program yang belum berjalan secara optimal karena pandemi Covid-19. Program prioritas bidang pangan misalnya, telah terjadi peningkatan ekspor hasil pertanian, seperti manggis, kakao, buah naga, salak, kopi, dan jeruk nipis ke negara Tiongkok, Uni Emirat Arab, Eropa dan Maladewa.
Begitu juga program prioritas bidang sandang telah dilakukan penguatan industri sandang bekerja sama dengan Dekranasda Provinsi Bali. “Ini merupakan kemajuan di bidang ekspor dalam situasi pandemi Covid-19,” katanya.
Untuk program prioritas bidang pendidikan, kata dia, pada tahun 2020 telah dibangun dua unit sekolah baru di Kabupaten Karangasem, dan dua unit sekolah baru di Kota Denpasar. Tidak kalah pentingnya, program prioritas bidang adat, tradisi, seni, dan budaya, serta kearifan lokal telah berjalan dengan pencapaian sangat baik. Antara lain, realisasi dana desa adat masing-masing sebesar Rp 350 juta dengan total anggaran sebesar Rp 522,5 miliar untuk 1.493 desa adat.
Bidang seni dan budaya telah diselenggarakan Bulan Bahasa Bali, fasilitasi seni virtual, dan Festival Seni Bali Jani ke-2. Selain itu, juga telah selesai dibangun gedung Kantor Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, serta enam gedung Kantor MDA Kabupaten/Kota (Tabanan, Jembrana, Buleleng, Karangasem, Bangli, dan Denpasar) dengan total anggaran sebesar Rp 31 miliar yang bersumber dari dana tanggung jawab sosial (CSR) BUMN, BPD Bali, dan perusahaan swasta nasional.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Bali, Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A. mengakui, banyak capaian pembangunan, khususnya di bidang kebudayaan yang berhasil diwujudkan oleh Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2020 lalu. Salah satunya, mewujudkan pembangunan monumental yang memiliki nilai-nilai kesejarahan yang penting dalam kaitannya dengan terbentuknya pondasi kebudayaan Bali hingga dewasa ini.
Bahkan, ini tidak terlepas dari bukti-bukti kesejarahan yang ada, di mana lokasi pembangunan Pusat Kebudayaan Bali yang bertempat di Gunaksa memiliki arti dan makna penting tidak hanya bagi masyarakat Klungkung, tetapi juga bagi masyarakat Bali dan Indonesia pada umumnya dalam kaitannya dengan terajutnya nilai-nilai ke-Indonesia-an di masa-masa berikutnya. “Dengan dibangunnya Pusat Kebudayaan Bali itu akan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana dinamika kebudayaan Bali berkembang di masa lalu dan telah mampu memberikan bukti-bukti bahwa apa yang berkembang di masa lalu itu bertahan hingga sampai saat ini,” tegasnya.
Ardhana menambahkan, dengan dibangunnya Pusat Kebudayaan Bali ini akan dapat memperkokoh indikator-indikator budaya Bali, baik yang bersifat sekala dan niskala. Di mana, nilai-nilai budaya Bali tersebut sangat diharapkan kehadirannya di masa kini dan masa yang akan datang. Upaya pembangunan Pusat Kebudayaan Bali juga sangat diharapkan oleh masyarakat Bali yang mampu menyimpan berbagai pemikiran tentang kebudayaan dan peradaban Bali.
Ardhana menegaskan, para sejarawan, penggiat sejarah, pemerhati sejarah dan pemerhati kebudayaan Bali pada umumnya akan memiliki wahana untuk berkarya dan berkreativitas dalam menjaga keutuhan kebudayaan Bali dengan dibangunnya Pusat Kebudayaan Bali ini. Sehingga, dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai aspek-aspek kebudayaan Bali, tidak hanya aspek arkeologinya tetapi juga aspek antropologinya, sistem ekonominya yang berkaitan dengan terbentuknya kebudayaan Bali pada khususnya dan kebudayaan nasional Indonesia pada umumnya. (Winatha/balipost)