Saluran irigasi di Desa Mayong, Kecamatan Seririt terputus akibat tergerus longsor pada Jumat (15/1) pekan lalu. Akibatnya, aliran irigasi terputus dan 150 hektar lahan sawah di Kecamatan Seririt terancam kering. (BP/Ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Hujan deras beberapa waktu lalu menyebabkan jaringan irigasi di Banjar Dinas/Desa Mayong Kecamatan Seririrt tergerus longsor. Akibatnya, irigasi yang mengairi sekitar 150 hektar sawah di 4 subak terputus. Petani sekarang kesulitan mengolah lahan karena air irigasi tidak lagi mengalir pasca kejadian itu. Bahkan, sebagian swah yang telah ditanami benih padi mulai kering karena terputusnya irigasi itu.

Tidak ingin situasinya bertambah parah, petani mendesak pemerintah segara memperbaiki kerusakan irigasi induk tersebut. Agar tuntutannya terpenuhi, para kelian subak yaitu, Ketut Sudarmika (Kelian Subak Rangdu), Ketut Putra (Kelian Subak Ringdikit), Ketut Suta (Kelian Subak Tua Bubunan), dan Ketut Surama (Kelian Subak Anyar Bubunan) melayangkan surat kepada Dinas Pertanian (Distan), Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Dinas PUPTR, dan melaporkan kejadian itu ke DPRD Buleleng.

Baca juga:  Petani di Denpasar Belum Terpengaruh Kemarau Panjang

Kelian Subak Anyar Bubunan Ketut Surama ditemui Selasa (19/1) menceritakan, irigasi ini diketahui rusak karena tergerus longsor pada Jumat (15/1) pakan lalu. Diawali dengan hujan deras kemudian memicu irigasi tersebut tergerus longsor. Setelah irigasinya terputus seketika itu irigasi tidak berfungsi. Atas kejadian ini, sekitar 150 hektar sawah di 4 subak itu tidak mendapat air. Bahkan, jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut, petani di 4 subak ini pun terancam merugi karena sawah mereka kekeringan. “Ada 4 subak di hilir yang diairi irigasi ini. Ada padi yang sudah ditanam dan itu masih perlu air. Ada juga yang persiapan menanam, dan kalau tidak segara dapat air, maka sawah kami itu kekeringan,” katanya.

Baca juga:  Kendaraan ke Luar Bali Mulai Ramai

Tidak ingin sawah kering, Surama berharap agar instansi pemerintah bisa membantu untuk memperbaiki kerusakan irigasi tersebut. Kalau diserahkan kepada warga subak untuk memperbaiki tidak akan maksimal. Apalagi, kerusakannya parah membutuhkan perbaikan secara permanen. Agar air bisa dialirkan untuk sementara, pihkanya meminta agar air dialirkan menggunakan pipa. “Kalau bisa diperbaik dengan permanen karena kalau darurat kembali hujan akan tergerus lagi. Kalau permanen belum bisa, paling tidak kami dibantu dengan perbaikan dengan darurat misalnya dengan pipanisasi,” katanya.

Menyusul pengaduan petani di 4 subak itu, Komisi II DPRD Buleleng meninjau ke lokasi kejadian. Rombongan dewan dipimpin Ketua Komisi II Putu Mangku Budiasa bersama anggotanya didampingi Perbekel Desa Mayong Made Gargita Yasa, dan perwakilan Dinas PUTR.

Baca juga:  Peningkatan Produksi Kakao di Tabanan Terbentur Peremajaan

Setelah melihat langsung, Budiasa menyebut kerusakan irigasi itu tergolong parah. Ini karena, panjang irigasi yang tergerus longsor panjangnya sekitar 30 meter. Di mana ketinggiannya sekitar 15 meter. Karena dampak yang ditimbulkan dari kejadian ini sangat penting, pihikanya mendesak pemerintah daerah tidak lagi menunda waktu untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Untuk itu, dalam waktu dekat ini, pihkanya berkoordinasi ke instsnasi terkait salah satunya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar tuntutan petani di 4 subak itu bisa dipenuhi. “Ini harus ditanggulangi dengan cara apapun. Sebab, kalau ini tidak ditangani 4 subak itu tidak dapat air dan petani merugi. Kami minta instsnasi terkait terutama BPBD mencarikan jalan kalur apapun itu,” tegas politisi asal Desa Selat Kecamatan Sukasada ini. (Mudiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *