GIANYAR, BALIPOST.com – Masa pandemi covid-19, pelestarian Sapi Putih (Lembu Putih) di Desa Taro menghadapi kendala minimnya biaya pakan. Perbekel Desa Taro, Wayan Warka, Sabtu (23/1) mengatakan, masyarakat Desa Taro berharap kepada pemerintah, perusahaan swasta termasuk perusahaan BUMN bisa menyalurkan dana CSR guna membantu perawatan dan pemeliharaan sapi putih di Desa Taro.
Berdasarkan sejarah, pelestarian sapi putih berkaitan dengan Pura Gunung Raung Taro dan kisah kedatangan Rsi Markandya. Kebetulan berdekatan dengan tempat pelestarian sapi putih di wilayah Banjar Adat Taro Kaja (Desa Taro Kaja) berkembang objek wisata hiburan gajah.
Warka menyampaikan, dalam pelestarian Sapi putih antara lain dibantu Pengelola Elephant Safari Park. Sekitar 15 persen keuntungan objek wisata hiburan gajah ini diberikan untuk Desa Taro Kaja untuk mendukung pembangunan dan biaya berbagai upacara di Pura Kahyangan di Wilayah Desa Taro.
Dana kompensasi tersebut termasuk digunakan untuk menutupi biaya perawatan (pemeliharaan) dan pembelian pakan sapi putih yang disucikan oleh masyarakat Desa Taro Kaja. Permasalahan dalam masa pandemi Covid-19, wisatawan yang berkunjung ke objek wisata hiburan gajah di Desa Taro Kaja sangat minim.
Ini praktis menyebabkan tersendatnya penyaluran dana kompensasi untuk biaya pemeliharaan dan pelestarian Sapi putih di Desa Taro Kaja. Sejak masa pandemi Covid-19, kas Desa Taro Kaja telah terkikis untuk biaya pemeliharaan dan pembelian pakan untuk 54 ekor sapi putih yang masih dilestarikan masyarakat Desa Taro Kaja. “Kami mengetuk hati pemerintah dan sektor swasta ikut membantu pelestarian Sapi Putih di desa Taro sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan,” harap Wayan Warka.
Staf Yayasan Lembu Putih, Ketut Daging mengatakan 54 ekor sapi putih mengeluarkan biaya pakan berkisar Rp 27,5 juta per bulan. “Jika dikalkulasikan perhari biaya pakan sapi putih tersebut mencapai Rp 800.000,” jelasnya.
Kalkulasi biaya pakan hanya untuk pembelian rumput gajah. Selama pandemi Covid-19 sapi putih Desa Taro ini sudah sangat jarang diberikan makanan tambahan seperti polar dan konsentrat karena minimnya bantuan dari donatur.
Ketut Daging menambahkan jumlah pekerja yang memelihara sapi putih ini sebanyak 7 orang. Mulai masa pandemi Covid-19, tenaga yang memelihara sapi putih ini bekerja secara bergilir. “Dalam sebulan, satu pekerja ini maksimal dapat bekerja maksimal 2 Minggu,” tambahnya. (Wirnaya/Balipost)