Wayan "Kun" Adnyana. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali tetap menggelar Bulan Bahasa Bali untuk yang ketiga kalinya. Kegiatan tahunan ini akan digelar sebulan pada Februari, dari 1-28 dengan pola daring dan luring sebagai bentuk pemuliaan terhadap bahasa, aksara dan sastra Bali.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Wayan “Kun” Adnyana, mengatakan Bulan Bahasa Bali untuk tahun ini mengangkat tema “Wana Kerthi: Sabdaning Taru Mahottama” yang bermakna Bulan Bahasa Bali sebagai Altar Pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Tertaut Jelajah Pemaknaan Hutan sebagai Prana Kehidupan. Dijelaskan, Bulan Bahasa Bali merupakan implementasi Peraturan Gubernur Bali nomo 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali sert Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

“Seluruh isian Bulan Bahasa Bali dipastikan menerjemahkan konsep tema tersebut dari berbahai sumber pustaka lontar, seperti Taru Pramana, Aji Janantaka, terkait Usadha, dan lain-lain. Adapun skema isian kegiatan memadukan luring dengan daring, termasuk pergelaran virtual,” ujar Kun Adnyana, Minggu (24/2).

Baca juga:  KEK Sanur Diharapkan Bermanfaat bagi Warga Setempat

Tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali pada tahun-tahun sebelumnya, untuk Bulan Bahasa Bali 2021 akan menyajikan sejumlah agenda acara yang dikemas dalam bentuk Widya Tula (seminar), Kriya Loka (lokakarya), Prasara (pameran), Wimbakara (lomba), Utsawa (festival), Sesolahan (pergelaran), dan pemberian penghargaan Bali Kerti Nugraha Mahottama.

Untuk Widya Tula (seminar) akan mengangkat enam topik, yakni Kalimosaddha, Widyosadha, Sastra Panaweng Gering, Usadhi Pranawa, Usadhikanda dan Dharma Usadha. Sedangkan kegiatan Kria Loka (loka karya) akan menghadirkan enam narasumber dengan mengangkat tiga materi yakni Pangenter Acara (Pembawa Acara), Ngreka Baligrafi, dan Ngracik Loloh. Kemudian Prasara (pameran) akan melibatkan 60 seniman prasi lintas generasi. Ini merupakan pameran karya seni prasi terbesar di Bali.

“Jika pada Bulan Bahasa Bali tahun-tahun sebelumnya ditandai dengan Utsawa (festival) Nyurat Lontar, maka untuk tahun ini terkait kondisi pandemi COVID-19, diisi dengan festival Gita Pangrastiti Pamahayu Jagat Ngider Bhuwana,” terang akademisi ISI Denpasar ini.

Baca juga:  Bulan Bahasa Bali Upaya Pelestarian, Pengembangan, dan Pemajuan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali

Lebih lanjut dikatakan, Para penyuluh bahasa Bali dari berbagai kabupaten/kota di Bali dalam festival tersebut akan bersama-sama melantunkan bait-bait tertentu dari Pupuh Sanjiwani yang intinya memohon agar wabah bisa segera musnah dan dunia (bumi) kembali bersih (suci). Terkait Wimbakara (lomba) dengan total ada 17 jenis lomba, ada yang kategori untuk umum dan ada juga peserta merupakan hasil seleksi dari tingkat kabupaten/kota.

Untuk lomba kategori Umum, meliputi Lomba Pidarta Tingkat Universitas, Lomba Vlog, Lomba Artikel, Lomba Musikalisasi Puisi, Lomba Foto dan Caption Berbahasa Bali, Lomba Cipta Puisi, Lomba Cerpen, Lomba Prasi, Lomba Poster, dan Lomba Komik Strip.

Kemudian lomba yang diikuti perwakilan Kabupaten/Kota yakni Lomba Nyatua Bali Krama PKK, Lomba Pidato Berbahasa Bali Bendesa Adat, Lomba Debat Bahasa Bali, Lomba Baligrafi, Lomba Mengetik Aksara Bali di Komputer, Lomba Ngwacen Lontar Daa Taruna, dan Lomba Nyurat Aksara Bali Tingkat SD.

Baca juga:  Gubernur Koster : Pengawalan Budaya Tak Surut Walau Sarat Tantangan

Selanjutnya Sesolahan (pergelaran) akan melibatkan 16 Sanggar yang dikurasi kurator Bulan Bahasa Bali yaitu Prof Nyoman Suarka, Dr Komang Sudirga, dan penggiat bahasa, aksara, dan sastra Bali Made Gunayasa.

Penghargaan Bali Kerti Nugraha Mahottama akan diberikan kepada dua tokoh yang telah berjasa dalam usaha pelestarian dan pengembangan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Penghargaan berupa lencana emas dan hadiah uang masing-masing Rp100 juta.

“Dengan berbagai agenda acara yang disiapkan selama Bulan Bahasa Bali ini diharapkan dapat menyemesta hingga ke seluruh desa adat di Bali dan benar-benar menjadi altar pemuliaan bahasa, aksara, dan sastra Bali,” pungkas Kun Adnyana. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *