TABANAN, BALIPOST.com – Masa pandemi berkepanjangan, yang melumpuhkan perekonomian masyarakat secara keseluruhan harus disikapi dengan bijak. Masyarakat harus mampu bertahan dengan cara mengubah cara berpikir dalam upaya menjaga dan meningkatkan perekonomian mereka.
Bagi Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, pandemi Covid-19 saat ini ibarat uji coba untuk mengubah mindset warga untuk adaptasi kebiasaan baru. Juga, ajang untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi ekonomi untuk tetap bisa bertahan selama pandemi yang cukup panjang. Hal ini disampaikannya, Senin (25/1).
Bupati Eka berharap ke depan Tabanan mampu melahirkan entrepreneur muda yang mampu memproduksi produk olahan, tidak hanya produk mentah saja melainkan bisa dikomsumsi baik oleh masyarakat Tabanan maupun masyarakat Bali. Hal itu tidak bisa dipungkiri, karena dalam masa pandemi ini apabila berkepanjangan akan sangat mengancam ketahanan pangan di Tabanan.
“Dengan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik ini, dengan kita sering ngobrol bisa lebih mengenal UMKM kita yang dibelakangnya adalah para petani, untuk tetap bisa exist bisa berproduksi, tetap memberikan kesempatan untuk mereka menanam produk-produk yang dibutuhkan untuk menghidupi masyarakat kita, guna tetap menjaga ketahanan pangan, khususnya di Tabanan,” pinta Bupati Eka.
Sementara itu Wakil Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya yang dalam hitungan hari akan dilantik menjadi Bupati Tabanan periode 2021-2026 mengatakan, untuk pembangunan Tabanan lebih tepat sasaran pihaknya akan membangun Desa Presisi.
Menurutnya, COVID-19 sangat berpengaruh pada sektor ekonomi seharusnya bisa jadi momentum untuk memperbaiki ini semua. Karena dengan data desa yang presisi, maka program pembangunan di segala lini kehidupan akan menjadi tepat guna, tepat sasaran, akuntabel dan transparan.
Data desa presisi dari suatu desa juga harus berisi tentang keunggulan desa itu seperti dalam aspek wisata, kuliner, dan UMKM yang dimiliki. Termasuk didalamnya data yang riil tentang sektor pertanian yang ada.
Kabupaten Tabanan sendiri berupaya menjaga ketahanan pangan. “Jangan sampai ada alih fungsi lahan yang justru dapat mengancam ketahanan pangan di Tabanan,” terangnya.
Berbicara sektor pertanian, diakui Sanjaya selama ini terlihat selalu klasik, yakni hulu (produksi), tengah (distribusi) dan hilir (pemasaran). Dan pemerintah selama ini hanya ada di dua domain saja karena regulasi yang mengatur, yakni bagaimana pemerintah memproduksi dan bagaimana pemerintah membantu petani dalam hal distribusinya. “Pemasaran terkadang masih belum optimal dijalankan,” ucapnya.
Kedepan akan dibuat konsep menjaga sektor pertanian yang terintegrasi mulai dari produksi sampai pasca panen.” “Petani kita alih fungsi karena merasa tidak nyaman di tanahnya, ketika pascapanen dikaitkan dengan harga tidak layak jual. Melalui Bumdes ke depan kita coba tata dengan membangun Desa Presisi atau Desa Berbasis Data,” tegasnya. (Puspawati/balipost)