Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S.,M.A.R.S., M.H

JAKARTA, BALIPOST.com – Tingkat hunian tempat tidur di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet per 25 Januari 2021 tercatat mencapai 77,63 persen, atau sebanyak 4.653 pasien dari total 5.994 tempat tidur yang tersedia.

“Ini tidak terlepas dari bagaimana pasien-pasien dikirim dari Puskesmas atau rumah sakit ke rumah sakit darurat COVID-19 di Wisma Atlet saat ini,” kata Koordinator RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S.,M.A.R.S., M.H dalam konferensi pers Satgas Penanganan COVID-19 di Jakarta, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Senin (25/1).

Baca juga:  Pasien COVID-19 di RSUD Klungkung, 90 Persen Bergejala Tak Bisa Mencium Bau

Ia mengatakan bahwa selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di DKI Jakarta dari 11 Januari 2021, pergerakan pasien yang masuk atau keluar dari rumah sakit tersebut masih mengalami fluktuasi antara 350 sampai 400 pasien setiap hari.

Rata-rata yang masih fluktuatif tersebut, katanya, kemungkinan masih akan terjadi pada pekan ini. Untuk itu, ia mengatakan layanan penanganan di rumah rumah sakit tersebut akan terus ditingkatkan sehingga diharapkan bisa mengantisipasi kemungkinan lonjakan lain.

“Jadi kita tetap harus waspada dan mengantisipasi, khususnya di Wisma Atlet, bagaimana mengantisipasi dengan melakukan penanganan dengan baik dan bagaimana mencegah mudah-mudahan pasien-pasien ini tidak menjadi lebih berat lagi,” katanya.

Baca juga:  20 Karyawan Kemenkeu Jadi Korban Pesawat Jatuh, Menkeu Sampaikan Belasungkawa

Tugas mengatakan bahwa saat ini rata-rata pasien yang masuk ke RSD Wisma Atlet saat ini adalah mereka yang terinfeksi COVID-19 dengan gejala, dibandingkan pada saat awal pandemi, ketika pasien yang masuk sebagian besar adalah pasien tanpa gejala.

Untuk itu, RSD Wisma Atlet menyiasatinya dengan menempatkan semua pasien yang bergejala di 4 tower di wisma tersebut. Sementara, pasien yang bergejala ringan, atau dengan komorbid dan juga yang tidak bergejala dialihkan ke tower 8 dan 9 di Pademangan, Jakarta Utara.

Baca juga:  Nia, Dokter Kecil Asal Pupuan Raih Juara Satu

“Jadi ini saya kira satu koordinasi strategi yang sangat bisa membantu kami, untuk paling tidak, tidak mencapai angka yang lebih dari 80 persen,” katanya.

Hal itu dilakukan supaya semua pelayanan teratasi dengan baik, sehingga tenaga kesehatan juga tidak terbebani dengan jumlah yang sangat tinggi, walaupun angka 70-80 ini angka-angka krusial dalam konteks memerlukan beban tenaga yang tinggi juga, katanya lebih lanjut. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *