TABANAN, BALIPOST.com – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Bali, Nyonya Putri Suastini Koster, tak hentinya mengajak kaum perempuan dengan kekuatannya untuk tetap aktif dan produktif selama pandemi COVID-19. Pihaknya juga akan terus bergerak dan aktif mengedukasi warga untuk bisa tetap aman dan poduktif di tengah pandemi saat ini.
Ditemui usai dialog interaktif di Radio Global FM, Tabanan, Selasa (26/1), Nyonya Putri Suastini Koster menyampaikan, pandemi COVID-19 hendaknya dijadikan ujian bagi para ibu-ibu atau kaum perempuan untuk lebih berdaya lagi dengan kecerdasan multitasking yang dimiliki. Jika mereka mampu menggawangi keluarganya tetap harmoni di tengah situasi saat ini, bagi Nyonya Suastini Koster, inilah yang patut diapresiasi dan patut diacungi jempol.
Tak dimungkiri, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan tentunya membawa dampak bagi seluruh sektor ekonomi yang ada. Terkait hal ini, PKK Provinsi Bali sebagai mitra pemerintah akan terus bersinergi menyukseskan program-programnya. Untuk tahun ini, karena program pemerintah masih fokus dengan penanggulangan COVID-19, PKK juga akan turut serta menyosialisasikan pentingnya penerapan protokol kesehatan (Prokes) melalui 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak), dan turut menyosialisasikan pentingnya program vaksinasi COVID19.
“Kegiatan riil yang dilakukan adalah bagaimana ikut menjaga masyarakat ketika pemerintah sedang membuat sistem yang selalu berubah setiap saat, sesuai dengan perkembangan virus ini, bagaimana PKK jadi partner pemerintah di situasi pandemi berkepanjangan,” terangnya.
Di tengah upaya menghadapi pandemi, program andalan PKK di 2021 masih terus berjalan. Seperti terkait dengan urusan pangan, ekonomi, kesehatan balita dan lansia yang tidak boleh diabaikan dan tetap dilaksanakan. “Ketika berbicara meningkatkan ekonomi jangan berpikir hanya menambah penghasilan, tetapi menghemat pun bisa membantu keluarga,” sebutnya.
Ia mencontohkan, terkait dengan pemanfaatan lahan atau pekarangan kosong untuk pemenuhan pangan mandiri. Jadi saat harga cabai naik di harga Rp 100 ribu perkilogramnya, sudah bisa petik 3 biji di rumah. Juga berlaku dengan sayuran. “Itu hal yang meringankan. Jadi jangan diam dan hanya memikirkan penghasilan ataupun memiliki pekerjaan dalam situasi ini, karena semua banting setir. Yang ada, UMKM dan IKM skala kecil saat ini yang masih bisa menggeliatkan perekonomian,” terangnya. (Puspawati/balipost)