Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang saat ini sedang mengalami puncak musim hujan yang diprediksi hingga Februari. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk tetap mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode Puncak Musim Hujan ini.

Seperti, potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan puting beliung. Terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.

“Waspadai potensi hujan lebat yang dapat disertai kikat atau petir dan angin kencang di sebagian besar wilayah Bali, serta potensi tinggi gelombang yang dapat mencapai 2 meter bahkan lebih di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan, dan Samudera Hindia Selatan Bali,” tegas Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Agus Wahyu Raharjo, Selasa (26/1).

Baca juga:  Hujan Lebat, Satu Rumah Roboh di Pangkung Gayung

Sementara itu, dalam siaran persnya, Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto mengatakan, peningkatan trend curah hujan ekstrem ini selain dipicu oleh fenomena dan/atau gangguan skala iklim, dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim. Meskipun dari pengamatan BMKG curah hujan berada pada tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.

Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam merespon kondisi curah hujan. Seperti halnya jika terjadi banjir bandang, dikarenakan adanya sisa-sisa penebangan pohon dibagian hulu, yang dapat menahan air. Jika hujan terus berlangsung, kemudian akan hanyut dan mengakibatkan banjir bandang di bagian hilirnya.

Baca juga:  Masuki Musim Hujan, Berikut 7 Tips Jaga Kesehatan

Demikian pula banjir dan genangan, selain akibat curah hujan tinggi juga dapat diakibatkan kondisi permukaan yang tidak mendukung air mengalir dengan cepat atau normal ke saluran-saluran yang semestinya. Kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Ditambah Kombinasi antara MJO, gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency di wilayah dan periode yang sama yakni di Laut China Selatan, Samudera Pasifik utara Papua, Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan NTT, sebagian besar Jawa, Bali, NTT bagian barat, Laut Bali, Laut Sumbawa, mampu meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Dukung Status Cagar Budaya, Pemkab Bangun Jalan Setapak Menuju Sarkofagus di Bajing
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *