WNA melihat ombak tinggi di Pantai Kuta. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hampir semua daerah di Bali berpotensi terdampak bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi hingga Februari 2021 mendatang. Hal ini Dikarena potensi terjadinya cuaca ekstrem secara umum masih dapat terjadi di seluruh wilayah Bali.

Untuk daerah dengan topografi tinggi, seperti Tabanan, Jembrana, Buleleng, Bangli, dan Karangasem perlu lebih waspada terhadap potensi tanah longsor. Sementara untuk perkotaan, seperti Denpasar perlu lebih waspada terhadap banjir atau genangan air.

Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Agus Wahyu Raharjo, mengatakan sejak Oktober 2020 BMKG telah mengeluarkan informasi potensi bencana bersamaan dengan prakiraan musim hujan. Bahkan sejak awal Januari 2021, sejumlah daerah mengalami bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan.

Baca juga:  Angin Kencang Landa Bali, BMKG Perkirakan Ini Penyebabnya

Berdasarkan data BMKG, pada Dasarian III Januari 2021 sejumlah wilayah di Bali berpotensi mengalami banjir menengah. Sebab, saat ini ada beberapa fenomena cuaca yang harus diwaspadai, yaitu MJO (Madden Julian Oscillation), serta fenomena lokal, regional dan global.

Lebih jauh dikatakan, bahwa hingga 3 hari ke depan wilayah Bali berpotensi hujan ringan-sedang dengan kecepatan angin berkisar antara 5-40 km/jam yang bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut. Tinggi gelombang laut di Perairan Utara Bali berkisar antara 0.5 – 3.0 meter, di Perairan Selatan Bali berkisar antara 1.0 – 4.0 meter, di Selat Bali dan Selat Lombok berkisar antara 0.75 – 3.5 meter.

Baca juga:  Kasus Buka Portal saat Nyepi, Dua Ditetapkan Tersangka

Selain karena sebagian wilayah Bali telah memasuki musim hujan, kondisi ini juga disebabkan oleh Indeks ENSO di NINO3.4 : -0.78 yang berarti signifikan terhadap peningkatan hujan harian di wilayah Indonesia. Terdapat daerah belokan angin di sekitar Bali yang mendukung terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.

Suhu muka laut berkisar 28 – 30°C. Kondisi air laut yang hangat memberikan kontribusi penguapan yang cukup untuk pembentukan awan-awan hujan. Massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 mb atau 12.000 meter.

Baca juga:  Tambahan Positif COVID-19 di Bali, Dominasi Kasus Tranmisi Lokal Masih Terjadi

Oleh karena itu, masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem, seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat/petir. Selain itu, masyarakat umum, Nelayan dan Pelaku Kegiatan Wisata Bahari juga dihimbau agar mewaspadai potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *