DENPASAR, BALIPOST.com – Tambahan kasus COVID-19 di Bali masih relatif tinggi. Dalam dua minggu terakhir ini jumlahnya tak lagi ada di kisaran 100 orang, tapi sudah mencapai 300 bahkan melampaui 500 orang.
Kondisi ini pun terjadi pada Jumat (29/1). Dari data Satgas Penanganan COVID-19 Bali, dilaporkan adanya penambahan kasus sebanyak 415 orang sehingga kumulatifnya mencapai 25.813 orang.
Dilihat dari jenis penularannya, transmisi lokal mencapai 365 orang, Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) sebanyak 48 orang, dan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) ada 2 orang. Secara kumulatif, transmisi lokal kini berjumlah 24.642 orang, PPDN berjumlah 861 orang, dan PPLN 310 orang.
Untuk sebaran kasus baru, seluruh kabupaten/kota melaporkannya. Terbanyak mencapai lebih dari sepertiga total kasus, dilaporkan Denpasar yang sudah hampir dua bulan ini menghuni zona merah. Jumlah kasusnya mencapai 155 orang atau 37,4 persen dari total kasus.
Gianyar ada di posisi kedua dengan 57 kasus baru, Badung 47 kasus, Tabanan 42 kasus, Bangli 39 kasus, Buleleng 22 kasus, Karangasem 19 kasus, Jembrana 18 kasus, dan Klungkung 6 kasus. Terdapat juga 9 warga dari kabupaten lain dan 1 WNA yang terkonfirmasi COVID-19.
Sementara untuk kasus sembuh, ada tambahan sebanyak 307 orang. Terbanyak juga dilaporkan Denpasar dengan 129 orang. Posisi selanjutnya adalah Badung dengan 48 pasien sembuh, Tabanan 43 pasien sembuh, Buleleng 35 pasien sembuh, Gianyar 17 pasien sembuh, Jembrana 13 pasien sembuh, Bangli 12 pasien sembuh, Karangasem 6 pasien sembuh, dan Klungkung 2 pasien sembuh. Warga dari kabupaten lain yang dilaporkan sembuh juga bertambah 2 orang.
Kasus aktif di Bali mengalami kenaikan 101 orang sehingga kumulatifnya mencapai 3.642 orang. Lima besarnya adalah Denpasar 1164 orang, Badung 800 orang, Gianyar 485 orang, Tabanan 395 orang, dan Buleleng 185 orang. Sedangkan posisi keenam diduduki Jembrana 176 orang, Bangli di posisi ketujuh dengan 169 orang, Karangasem posisi kedelapan dengan 91 orang, dan Klungkung di posisi kesembilan dengan 48 orang.
Belum Sesuai Harapan
Soal kasus aktif ini, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, dalam evaluasi mingguannya yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden dipantau dari Denpasar, Kamis (28/1), mengatakan pelaksanaan PPKM tahap I belum sesuai dengan harapan. Ia mengutarakan Bali, kasus aktif mingguan jumlahnya terus meningkat sejak awal Desember 2020.
Puncaknya pada minggu ini yaitu naik 2.320 kasus aktif dalam 1 minggu. Zonasi risiko, didominasi zona merah yaitu 6 kabupaten/kota dan zona oranye 3 kabupaten/kota.
Prof Wiku menyebutkan hasil evaluasi PPKM tahap I belum memperlihatkan secara menyeluruh dari dampak yang diharapkan. Evaluasi dilakukan terhadap indikator-indikator PPKM seperti perkembangan kasus aktif, tren kematian, tren kesembuhan, tren bed occupancy ratio (BOR) dan tren kepatuhan protokol kesehatan.
“Pentingnya perhatian diberikan pada kasus aktif. Terlihat di sini bahwa secara umum jumlah kasus aktif mengalami fluktuasi,” jelasnya.
Melihat lebih dekat indikator-indikator PPKM pada 77 kabupaten/kota yang menerapkannya, sebanyak 64 kabupaten/kota mengalami persentase tren kasus aktif meningkat, 54 kabupaten/kota dengan tren kematian persentasenya menurun, dan 21 kabupaten/kota dengan tren kesembuhan persentasenya meningkat. “Secara umum tren angka kesembuhan menurun,” imbuh Wiku.
Lalu, tren BOR (bed occupancy ratio) atau keterpakaian tempat tidur rumah sakit di 47 kabupaten/kota persentasenya menurun. Secara umum terlihat kabupaten/kota yang melaksanakan PPKM di Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami penurunan persentase BOR pada masa PPKM tahap I. “Namun angkanya masih perlu ditekan agar bisa lebih rendah dari 70 persen,” lanjut Wiku.
Terdapat juga tren kepatuhan protokol kesehatan di 77 kabupaten/kota yaitu jumlah orang yang dipantau, ditegur, dan persentase orang yang ditegur mengalami peningkatan pada masa PPKM. “Secara umum, masih diperlukan waktu melihat dampak pelaksanaan PPKM minimal pada akhir Januari atau awal Februari 2021,” lanjut Wiku.
Lalu, ia menambahkan secara spesifik kondisi kasus aktif pada 7 provinsi PPKM, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Secara umum, kasus aktif masih fluktuasi, namun masih meningkat pada minggu kedua pelaksaanaan PPKM yaitu di 4 provinsi diantaranya Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Bali.
Jika melihat jumlah kasus aktif yang semakin tinggi, perlu diwaspadai karena itu mengartikan jumlah kasus Covid-19 yang ada di tengah masyarakat jumlahnya masih banyak. edangkan melihat zonasi risiko dapat dijadikan acuan melihat tingkat risiko penularan masing-masing kabupaten/kota.
Jika zona risiko didominasi zona merah dan oranye, itu artinya risiko penularan masih belum berhasil dikendalikan. “Perlu menjadi target kita bersama, di perpanjangan PPKM untuk menurunkan angka kasus aktif dan menekan risiko penularan sehingga zona risiko dapat berpindah menjadi zona kuning atau hijau,” pesan Wiku. (Diah Dewi/balipost)