Sudibawa. (BP/sue)

Oleh I Putu Sudibawa

Beberapa hari terakhir ini, saya sering diajak berdiskusi dalam sosialiasi Asesmen Nasional (AN) oleh satuan pendidikan dan lembaga pendidikan, baik yang melibatkan orang tua, peserta didik, dan guru serta tenaga pendidikan. Dari diskusi ini, menggambarkan, sosialiasi dan pemahaman terhadap AN masih belum sesuai yang diharapkan pemerintah.

Beberapa orang tua dan lembaga bimbingan belajar masih menawarkan bimbingan belajar dalam menghadapi AN, padahal AN tidak diikuti oleh semua siswa dan akan dipilih secara acak sesuai dengan sistem yang berlaku.

Seperti diberitakan secara resmi dalam laman Kemdikbud, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memutuskan untuk menunda pelaksanaan Asesmen Nasional (AN) tahun 2021. Asesmen Nasional yang rencananya akan diselenggarakan mulai Maret 2021, diundur menjadi September s.d. Oktober 2021.

Disebutkan juga, AN tetap perlu dilaksanakan, kalau tidak, Kemdikbud tidak bisa menghitung learning loss dan mengetahui mana saja sekolah-sekolah yang paling membutuhkan bantuan pemerintah. Mendikbud mengatakan, alasan diundurnya jadwal pelaksanaan AN tersebut adalah untuk memastikan agar persiapan logistik, infrastruktur, dan protokol kesehatan lebih optimal. Selain itu, waktu yang masih tersisa bisa digunakan untuk menyosialisasikan dan berkoordinasi lebih masif dengan pemerintah daerah mengenai pelaksanaan AN.

Bahwa tidak perlu heboh atas penundaan ini. Sebab, AN hanya alat ukur kualitas pendidikan di suatu wilayah dan tidak akan berpengaruh pada nilai individu. AN ini hanya sebagai pemetaan, tidak menentukan kelulusan, tidak menentukan nilai, tidak ada nilai siswa, tidak menentukan untuk diterima ke jenjang berikutnya. Kehebohan ini pun, kata dia di karenakan oleh kurangnya pemahaman warga pendidikan soal AN.

Baca juga:  Logika Pemilih dalam Kompleksitas Pemilu Serentak

Indra menilai Kemendikbud kurang memberikan penjelasan secara jelas dan ringkas kepada para masyarakat, termasuk instansi di daerah. AN tidak perlu dirisaukan oleh orang tua murid. Apalagi, ada orang tua yang sampai harus memasukan anak untuk mengikuti bimbingan belajar (bimbel) dan membeli buku sukses AN yang telah tersebar.

Pada Maret-April 2021 Kemendikbud baru akan melaksanakan tahapan rapat koordinasi, sosialisasi dan pelaksanaan teknis persiapan AN. Selanjutnya pada April-Agustus 2021 akan dilakukan simulasi AN di satuan pendidikan. Kemudian pada September-Oktober barulah akan diselenggarakan Asesmen Nasional yang hasilnya akan diumumkan pada Desember 2021. Asesmen Nasional akan tetap dilaksanakan tahun ini untuk mengetahui learning outcome dan seberapa besar gap loss yang terjadi akibat pandemi Covid-19.

Kalau Asesmen Nasional tidak dilaksanakan tahun ini, data tersebut akan sulit diketahui. Pelaksanaan AN tidak sama dengan ujian nasional (UN), baik dari sisi fungsi maupun substansi. AN dirancang untuk memantau dan mengevaluasi sistem pendidikan, serta memperbaiki sistem pendidikan dasar dan menengah. AN bukan sistem evaluasi untuk individu siswa karena evaluasi kompetensi peserta didik menjadi tanggung jawab guru dan sekolah. AN juga tidak akan menambah beban siswa karena tidak memiliki konsekuensi bagi siswa dan tidak menjadi syarat dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB).

Baca juga:  Bali Darurat Sampah

Seperti diketahui sebelumnya, Asesmen Nasional terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. AKM diikuti oleh peserta didik, dengan tujuan untuk mengukur literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif. Survei Karakter diikuti oleh peserta didik, untuk mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai (values) sebagai hasil belajar nonkognitif. Survei Lingkungan Belajar diikuti oleh guru dan kepala satuan pendidikan, untuk mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran.

Asesmen Nasional mengukur kompetensi mendasar (general capabilities) yang dapat diterapkan secara luas dalam segala situasi. Kompetensi mendasar ini perlu dipelajari oleh semua murid dan sekolah, sehingga dibangun melalui pembelajaran beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran.

Target asesmen yang sekedar mengukur penguasaan murid akan konten atau materi kurikulum menjadi tidak relevan karena di era informasi saat ini, pengetahuan faktual semakin mudah diperoleh dan diakses oleh hampir setiap orang. Sekedar mengetahui menjadi tidak cukup dan kurang relevan. Asesmen Nasional berfokus mengukur pada kemampuan murid untuk menggunakan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari beragam materi kurikulum untuk merumuskan serta menyelesaikan masalah. Asesmen Nasional menggeser fokus dari keluasan pengetahuan menuju kedalaman kompetensi dari kurikulum.

Karakter sulit diukur secara mendalam dalam asesmen berskala besar. Meski demikian, Survei Karakter dapat memberi informasi berharga tentang sikap, nilai, dan kebiasaan yang mencerminkan Profil Pelajar Pancasila. Survei Karakter memberi sinyal bahwa sekolah perlu memperhatikan tumbuh kembang murid secara utuh, mencakup dimensi kognitif, afektif dan spiritual. Survei Lingkungan Belajar mengukur (a) kualitas pembelajaran, (b) iklim keamanan dan inklusivitas sekolah, (c) refleksi guru, (d) perbaikan praktik pengajaran, dan (e) latar belakang keluarga murid. Informasi dari Survei Lingkungan Belajar berguna untuk melakukan diagnosis masalah dan perencanaan perbaikan pembelajaran oleh guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan.

Baca juga:  Mencermati Program Studi Pengembangan "Local Genius" Bali

Dalam AKM tahun ini, hanya dilakukan pengukuran terhadap literasi membaca dan numerasi. Hal ini didasarkan pada literasi membaca dan numerasi adalah kompetensi mendasar yang diperlukan semua murid untuk bisa belajar sepanjang hayat dan berkontribusi pada masyarakat. AN menghasilkan potret komprehensif yang berguna bagi sekolah/madrasah dan Pemda untuk melakukan evaluasi diri dan perencanaan perbaikan mutu pendidikan.

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran.

Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Pengukuran literasi dan numerasi mendorong guru untuk lebih berfokus pada pengembangan daya nalar daripada pengetahuan konten yang luas tapi dangkal.

Penulis, Kepala SMAN 1 Rendang, Fasilitator Nasional AN Direktorat SMA Kemdikbud

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *