Lahan Desa Adat Padangtegal yang ditanami ketela rambat untuk pakan kera. (BP/Wir)

GIANYAR, BALIPOST.com – Pada masa pandemi covid-19, kunjungan wisatawan menurun sehingga pengelola Objek Wisata Monkey Forest Ubud kesulitan menutupi biaya pakan kera ekor panjang (Macaca Fascicularis). Bendesa Adat Padangtegal, I Made Gandra Senin (1/2) mengatakan, untuk menutupi biaya pakan kera Desa Adat Padangtegal berinisiasi menanam ketela rambat sejak 6 bulan lalu.

Diungkapkannya, sejak tidak beroperasi Maret 2020 Desa Adat Padangtegal mensubsidi biaya operasional Objek Wisata Monkey Forest Ubud. Total biaya operasional objek wisata kera ini mencapai Rp 500 juta per bulan.

Ia menjelaskan dari total biaya operasional tersebut Rp 125 juta khusus digunakan biaya pakan kera yang ada di Monkey Forest Ubud. Luas hutan beserta pakir di objek wisata Monkey Forest Ubud mencapai 26 hektar.

Baca juga:  Pembukaan Porsenijar Provinsi Bali 2023, Gubernur Koster Minta Junjung Tinggi Sportivitas

Melihat tingginya biaya pakan kera, mendorong pengurus Desa Adat Padangtegal mengupayakan program pemenuhan pakan secara mandiri. Sejak enam bulan lalu, Desa Padang Tegal sudah melakukan penanaman ketela rambat di 4 hektar lahan kosong milik Desa Adat Padangtegal.

Made Gandra meyakinkan hampir 2 hektar lahan milik Desa Adat Padangtegal sudah ditanami ketela. “Desa Adat baru mengupayakan penanaman ketela rambat, hampir 1/2 hektar sudah panen,” jelasnya.

Diakuinya, ketela rambat dihasilkan baru bisa menutupi 10 persen kebutuhan pakan kera di Monkey Forest Ubud. Jenis buah-buahan seperti jagung, pisang dan papaya masih dibeli dari pasar. ” Ke depan secara pelan-pelan kami juga akan menanam jenis buah-buahan sehingga Desa Adat Padangtegal bisa memenuhi biaya pakan secara mandiri,” yakinnya.

Baca juga:  Stok Vaksin Terbatas, Jadwal Imunisasi JE di Beberapa Sekolah Ditunda

Made Gandra menambahkan Desa Adat Padangtegal juga berharap Pemerintah Kabupaten Gianyar juga membantu Monkey Forest Ubud menutupi biaya pakan kera.

Monkey Forest Ubud membayar pajak hiburan hampir Rp 1 Miliar per bulan. “Terakhir Pebruari 2020 Monkey Forest Ubud membayar pajak hiburan, saat ramai taat bayar pajak saat sepi pemerintah mesti membantu pakan kera,” kilahnya.

General Manager Monkey Forest, I Nyoman Sutarjana, mengatakan, saat kondisi sepi pakan kera Monkey Forest Ubud masih disubsidi dan didukung Desa Padangtegal.
Meskipun kunjungan wisatawan sepi saat ini karena dampak Covid 19, tetapi makan kera yang jumlahnya mencapai 1.100 ekor lebih masih diberikan pakan seperti sebelumnya.

Baca juga:  Kebijakan Penanganan COVID-19 di Bali Tunjukkan Hasil Nyata

Ketua LPD Padangtegal Wayan Artana mengatakan sesuai koordinasi dengan bendesa, aset tanah kosong milik LPD Padang Tegal sekitar 34 are sedang ditata untuk ditanam pakan kera. “LPD juga siap memberikan pinjaman dengan bunga ringan untuk menutupi biaya operasional Monkey Forest Ubud,” tambahnya. (Wirnaya/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *